Sukses

6 Fakta Enny Arrow, Penulis Novel Erotis yang Menggelinjang Pasar

Ada beberapa fakta menarik terkait Enny Arrow, si penulis novel erotis yang menggelinjang di Pasar Senen. Apa saja? Ini dia.

Liputan6.com, Jakarta - Anda yang mengalami masa remaja pada tahun 1980-an, pastilah tidak asing dengan nama Enny Arrow. Pada masanya, ia adalah legenda. Seorang legenda dalam menulis novel vulgar.

Novel-novel Enny Arrow tidak tebal, hanya puluhan lembar. Namun demikian, isinya sudah mampu membuat remaja yang membacanya panas-dingin. Hubungan seks digambarkan secara detail dan hiperbola.

Meski berisi erotis, nyatanya novel-novel Enny Arrow menjadi nostalgia tersendiri. Karena tak ada yang berani membaca novel Enny Arrow di depan umum, maka pengalaman membaca novel erotis itu diam-diam menjadi romansa tersendiri bagi banyak orang.

Lalu, siapa sebenarnya Enny Arrow? Berdasarkan bincang-bincang Liputan6.com bersama Hari Gib, pria yang pernah melakukan penelitian tentang Enny Arrow, berikut beberapa fakta dari penulis novel erotis legendaris tersebut.

1. Nama aslinya

Enny Arrow sesungguhnya merupakan nama pena. Penulis asli novel bertema stensilan ini yakni seorang perempuan bernama Eni Sukaesih.

Eni lahir pada tahun 1942 di Hambalang, Bogor, dan wafat pada tahun 1995. Tidak diketahui detail lengkap tanggal lahir maupun tanggal wafat dari penulis yang karya-karyanya meledak di pasaran ini.

2. Jurnalis idealis

Meski terbilang vulgar, nyatanya tulisan Enny Arrow tak kalah dengan sastrawan pada masa itu, sebutlah Angkatan Pujangga Baru atau Balai Pustaka. Hal ini dikarenakan, Enny sendiri sesungguhnya merupakan seorang jurnalis saat Republik Indonesia masih begitu muda.

Enny Arrow memutuskan menulis novel-novel vulgar karena merasa risih dengan karya sastra pada waktu itu yang terlalu eksklusif dan normatif.

2 dari 3 halaman

Hijrah ke Amerika

3. Hijrah ke Amerika

Pada masa pemerintahan Soekarno, Enny Arrow hijrah ke Amerika Serikat dan bekerja sebagai copywriter. Di sanalah ia mendapat ilmu tentang menulis yang baik.

Lebih lanjut, Hari, peneliti sekaligus pengoleksi karya-karya Enny Arrow menyebutkan kalau di Amerika Serikat, Enny belajar penulisan bergaya Steinbeck. Setelah itu, karya-karya sering terbit di koran-koran terkenal Amerika Serikat. Salah satunya berjudul "Mirror Mirror."

4. Mendapatkan nama penanya dari tukang jahit

Banyak yang bertanya-tanya, dari mana Eni Sukaesih mendapatkan ide membuat nama samaran tersebut. Selidik punya selidik, ia mulai mendapatkan nama Arrow dari Tukang Djahit Arrow yang berada di pinggir Kalimalang, tempat ia pernah bekerja.

Tulisan pertama yang terbitkan dengan nama samaran Enny Arrow berjudul Sendja Merah di Pelabuhan Djakarta. Sejak saat itu, nama Enny Arrow melekat dengan novel berbau erotis.

3 dari 3 halaman

Bukunya dijual murah

5. Bukunya dijual murah tapi dikoleksi perpustakaan Leiden, Belanda

Novel-novel karya Enny Arrow terbilang sangat murah. Per buku, rata-rata dijual hanya Rp 1.000-Rp 5.000. Sifat idealis Enny membuat ia tidak memikirkan royalti saat menjual karyanya.

Enny hanya ingin menunjukkan kalau setiap orang berhak memiliki bahan bacaan, bahkan kelas menengah ke bawah sekalipun. Karena pada masa itu, buku bacaan terlalu eksklusif.

Namun demikian, kini karya-karya Enny Arrow banyak diburu oleh para kolektor yang ingin bernostalgia dengan tulisannya. Malahan, saking meledaknya karya-karya Enny Arrow di pasaran, novelnya sampai-sampai di koleksi di Perpustakaan Leiden, Belanda.

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini

**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6