Liputan6.com, Jakarta Sebuah studi mengisyaratkan bahwa kabut asap dan polusi udara memicu terjadinya Alzheimer, penyakit yang menyebabkan hilang ingatan dan demensia, yang berdampak pada jutaan orang di seluruh dunia.
Seperti yang dilansir pada Voice Of America (VOA), selain dipicu oleh bertambahnya usia dan genetika, lingkungan turut menyebabkan terjadinya Alzheimer. Para periset memeriksa jaringan otak 37 orang yang telah meninggal dunia antara usia 3-92 tahun, dan pernah tinggal di Mexico City, Meksiko atau Manchester, Inggris. Dua kota besar di dunia itu memiliki tingkat polusi udara yang tinggi.
Advertisement
Baca Juga
Analisis mikroskopis atas jaringan tersebut mendapati partikel-partikel magnetit kecil, kemungkinan berasal dari polusi udara. Magnetit adalah mineral magnetik yang terkait dengan penyakit neurodegeneratif.
Barbara Maher dari Universitas Lancaster, Inggris, salah seorang penulis studi itu mengatakan, "Kita mampu memeriksa bagian-bagian kecil itu untuk mengidentifikasi apakah partikel-partikel itu berada dalam sel-sel otak, bentuknya seperti apa, ukurannya seberapa, dan bagaimana penyebarannya.
Yang juga tidak kalah penting adalah melakukan analisis kimia lewat mikroskop untuk mengidentifikasi bahwa partikel-partikel itu merupakan magnetit. Partikel-partikel magnetit bisa memasuki otak lewat pernapasan melalui hidung. Para periset mengatakan ukuran partikel itu mengisyaratkan bahwa mereka terbentuk dalam suhu tinggi, seperti hasil pembakaran mesin kendaraan atau api.
"Kalau kita melihat ribuan partikel semacam itu dalam mikroskop, itu sangat mengejutkan, padahal seharusnya tidak ada," ia menjelaskan. Sudah diketahui bahwa logam terakumulasi dalam otak pengidap Alzheimer, kadang-kadang terjadi seiring penuaan.
"Kadang-kadang ada lebih banyak logam dalam otak, tetapi tidak diketahui asal muasalnya. Bentuk logam yang ditemukan dalam otak sama dengan logam yang pada umumnya terlihat dalam atmosfer,” ujar Barbara.
Hingga kini belum ada obat untuk menyembuhkan Alzheimer. Namun, obat-obatan dan pengobatan lain menunjukkan hasil baik dalam membantu orang-orang yang terkena dampak penyakit yang melemahkan itu.
Polusi udara memang telah menjadi ancaman global meski telah dilakukan berbagai upaya untuk menghentikannya. Penelitian terbaru oleh WHO menemukan lebih dari 80 persen penduduk perkotaan dunia hidup di daerah di mana kualitas udara secara teratur gagal memenuhi standar kesehatan.
Penulis:
Dewi Yurikasali
**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6