Liputan6.com, Jakarta Ahmad Fuadi, nama penulis satu ini tak asing di telinga netizen penggemar sastra Indonesia. Ia adalah penulis novel Negeri 5 Menara yang menjadi salah satu best seller novel Indonesia pada 2009. Tak hanya menjadi best seller, novelnya diadaptasi ke layar lebar. Menyusul kesuksesan Negeri 5 Menara terbit berturut-turut Ranah 3 Warna, Rantau 1 Muara, dan terbaru Beasiswa 5 Benua.
Baca Juga
Advertisement
Karya pria kelahiran Nagari Maninjau, Sumatera Barat, tahun 1972 mengaku menggunakan rumus hidup sederhana untuk menggapai mimpinya, 'man jadda wa jadda'. Dalam bahasa Indonesia, 'man jadda wa jadda' dapat diartikan secara bebas dengan kalimat barang siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan menemui kesuksesan.
Tak hanya novelis, Ahmad Fuadi juga menjadi pembicara dan motivator serta mendirikan komunitas Menara, sebuah yayasan sosial yang menyediakan akses pendidikan dan buku bagi masyarakat kurang mampu.
Berbicara di depan ratusan peserta acara INSPIRATO Liputan6.com, Ahmad Fuadi membagi pengalamannya tentang menulis novel, pengalaman pribadinya, serta keajaiban menulis dalam hidupnya sebagai berikut:
Inspirasi apa yang menjadikan ingin menuliskan kisah hidupnya dalam sebuah novel?
Saya sempat galau dengan karier yang saat itu saya tekuni. Setelah itu, saya berpikir bahwa saya harus bisa membuat yang bermanfaat, dan saya hanya bisa menulis. Saya menulis sesuatu yang ada di kepala saya dan di hati saya yang membuat bersemangat, serta tersentuh. Setelah itu saya mulai menuliskan kisah hidup saya saat berada di Pondok Modern Darussalam Gontor, Jawa Timur.
Bagaimana cara mempertahankan konsistensi dalam membuat sebuah novel?
Menulis itu adalah mengetahui tentang diri sendiri dari dalam, lalu untuk disebarkan ke masyarakat luas. Lontarkan empat pertanyaan, yaitu pertama Why, perjelas apa yang ingin ditunjukkan, kedua What, pilih topik dari hati yang membuat diri menjadi semangat dan senang, ketiga How, menulislah seperti air, ikuti alurnya akan mengetahui bentuknya sendiri, serta yang terakhir ialah When, menulislah mulai dari hari ini.
Mengapa novel karya Ahmad Fuadi selalu memiliki ciri khas terdapat angka dalam judulnya?
Biasanya judul sebuah tulisan itu dibuat membutuhkan waktu yang cukup lama. Saat mendapatkan ide, segeralah ditulis. Sehingga saat menentukan judul yang tepat, saya hanya perlu memilih judul yang menarik. Alasan saya menggunakan angka di setiap judulnya karena saat itu saya melakukan riset pasar, ternyata judul buku banyak yang menggunakan kata-kata daripada menggunakan angka. Akhirnya saya konsisten menggunakan angka di setiap judul buku saya. Setelah itu, sampul buku tersebut didesain dengan menarik agar pembaca penasaran dengan isi bukunya.
Yuk, ikuti kelanjutan sesi perbincangan dengan Ahmad Fuadi dengan mengeklik tautan berikut ini.
**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini.
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya yang sedang populer: Restoran di Texas Gunakan Rumus Matematika jadi Kunci Wi-Fi. Yuk, berbagi di Forum Liputan6.
Penulis
Feny Sasmitha - Politeknik Negeri Jakarta
Â
Â