Liputan6.com, Jakarta Wuhan adalah salah satu kota dari banyaknya kota yang ada di Tiongkok, detailnya lagi terletak di propinsi Hubei. Kota ini dibagi menjadi tiga distrik yakni Wuchang, Hanyang, dan Hankou. Sekiranya kita menyempatkan melihat peta Tiongkok, maka Wuhan tepat berada di tengah-tengah dari Negeri Komunis ini. Sehingga Wuhan menjadi kota yang strategis untuk menjangkau kota-kota lainnya di Tiongkok, jika anda berniat ingin berpergian ke kota lainnya.
Untuk memenuhi kebutuhan harian penduduknya yang tergolong padat, Wuhan menyediakan alat transfortasi yang beranekaragam, mulai dari udara, darat, sampai air. Alat-alat transfortasi tersebut diantaranya seperti pesawat, kereta api, subway, bis, taksi, mobil, motor, ojek, sepeda, dan kapal ferry. Kendaraan Roda empat dan duanya juga ada yang menggunakan tenaga listrik.
Advertisement
Jika ingin menggunakan fasilitas-fasilitas transfortasi umum berupa subway dan bis, kita bisa menggunakan kartu lalu lintas atau yang orang Tiongkok sebut dengan “交通卡” (baca: Jiaotongka). Harga kartunya hanya 10 RMB atau setara Rp. 20.000. Selanjutnya kita bisa mengisinya dalam jumlah yang kita kehendaki melalui mesin-mesin isi ulang yang disediakan. Selain lebih mudah tanpa perlu membawa banyak uang, kartu ini juga membuat ongkos lebih sedikit irit ketimbang menggunakan uang cash.
Jika suatu waktu pembaca menyempatkan langkah datang ke Wuhan, kata-kata “武汉每天不一样” (baca: Wuhan Meitian Bu Yiyang) yang bermakna “Wuhan Setiap Hari Berbeda” sangat banyak kita temui di pinggiran jalan. Karena memang itu adalah slogan kota Wuhan yang terus giat berusaha tiap harinya berbenah dari berbagai aspek yang ada. Menggunakan slogan-slogan seperti itu juga merupakan salah satu kebiasaan orang Tiongkok sejak dulu untuk membakar semangat dalam memotivasi diri.
Sekali dalam seminggu, saya mengambil kesempatan untuk bersantai hemat dengan mengunjungi tempat-tempat menarik di lingkup kota Wuhan. Mencoba belajar bersahabat dengan penduduknya untuk mengenal Tiongkok dengan lebih dekat. Sekaligus mencoba berinteraksi dengan penduduk setempat dengan harapan dapat memperluas dan memperkaya pemahaman bahasa mandarin dengan lebih baik.
Kadangkala yang didapati di lingkungan sekolah akan berbeda dengan apa yang ada dikondisi nyata di masyarakat. Dikarenakan yang diajarkan di lingkungan sekolah adalah Putonghua, jenis bahasa mandarin yang umum dikenal luas oleh orang-orang, baik di Tiongkok maupun dunia. Sedangkan di dalam lingkungan masyarakatnya itu sendiri, ada terdapat berbagai jenis bahasa mandarin yang bersifat kedaerahan yang mereka sebut dengan Fangyan yang berarti dialek. Sebagaimana halnya kondisi bahasa kedaerahan yang ada di negara kita. Dan ketika kita mampu memiliki keduanya itu akan lebih baik bukan?
Bagi saya berbahasa yang baik adalah ketika orang lain mampu mengerti, bernilai santun, merasakan manfaatnya, dan membuat komunikan senang kala sedang berinteraksi dengan kita. Itu menjadi sebuah ukuran tentunya tentang bagaimana kondisi bahasa kita ketika berinteraksi. Belajar bahasa asing agak unik sekaligus menyenangkan memang, apalagi ada kata-kata yang bagi kita agak lucu dan janggal untuk diucapkan. Tapi begitulah apa adanya bahasa yang menjadi alat bagi manusia untuk melangsungkan aktifitas hidup kesehariannya, dimanapun tanahnya. Manusia itu jugalah yang memberi makna atas kata-kata tersebut sejak jamannya.
Layaknya kebanyakan kota di negeri panda ini, Wuhan juga memiliki banyak tempat wisata menarik untuk dikunjungi. Diantara tempat-tempat tersebut seperti Yellow Crane Tower, Moshan, Botanical Garden, Meseum Provinsi Hubei, Meseum Revolution, Meseum Seni, Yangtze River Bridge, Hubu Alley, Valley Plaza, Wuhan Zoo, Shouyi Park, Forest Park, Donghu National Park, Luo Yan Fengjingqu, Guiyuan Temple, Baotong Temple, dan masih banyak lainnya. Semua tempat ini memiliki unsur kemenarikan sendiri dari sisinya masing-masing.
Ada beberapa tempat wisata mensyaratkan tiket masuk untuk ke sana dan sebagian lagi ada juga yang gratis. Bagi pelajar akan diberikan pula potongan harga, asalkan tidak lupa membawa kartu pelajar yang menerangkan ia adalah salah seorang pelajar dari sekolah atau kampus-kampus tertentu yang ada di sini. Untuk mencapai tempat-tempat ini, kita bisa menggunakan jasa transfortasi umum berupa taksi, bis, atau MRT (Mass Rapid Transit) berupa subway.
Sebagai salah seorang yang suka dengan travelling, maka saya memilih tempat-tempat belajar yang disokongi dengan tempat-tempat menarik yang asyik dikunjungi. Saya ingin memperoleh pengalaman-pengalaman baru, dan mengenal dunia dengan lebih luas. Syukurnya Wuhan menawarkan hal yang saya inginkan yaitu pengalaman belajar dan travelling. Bagi saya travelling sambil belajar memiliki keasikan tersendiri, membuat rutinitas belajar menjadi hal yang tidak membosankan.
Dari persoalan musim, Tiongkok merupakan negara empat musim, tentunya Wuhan juga. Mulai dari musim panas, gugur, dingin, dan semi akan dilewati di sini. Musim panas Wuhan bisa mencapai ±35°C, sedang musim dinginnya bisa mencapai -3°C. Diantara musim-musim yang ada, musim dinginlah yang agak sedikit panjang di sini. Jadi kita akan membutuhkan baju-baju tebal guna mengkondisikan tubuh untuk tetap hangat.
Ketika musim dingin tiba, kita memiliki kesempatan untuk melihat salju turun. Di musim dingin tahun lalu, Wuhan hanya turun salju sebanyak dua kali. Awalnya saya menyukai itu, tapi setelah saya rasa betapa dinginnya cuaca di musim dingin saya tidak menyukainya lagi. Bayangkan saja kita setiap hari harus mengenakan pakaian tebal untuk berpergian kemana-mana, menggunakan sepatu dilengkapi kaos kaki kemana-mana bahkan ketika tidur. Sampai-sampai juga menggunakan sarung tangan, bahkan menyalakan Air Conditioner (AC/pendingin atau pemanas ruangan) hangat disetiap waktunya. Hidup serasa seperti produk baru yang harus dibungkus bahkan diberi segel.
Musim dingin tak seindah yang saya pikirkan. Bagi orang-orang Rusia, Tajikistan, Mongolia, dan negara musim dingin lainnya, musim dingin di Wuhan tidaklah seberapa bila dibandingkan dengan negara-negara mereka. Begitulah sekilas cerita dari teman-teman saya yang berasal dari negara-negara tersebut. Saya tidak dapat membayangkan, bagaimana jadinya jika saya sempat tinggal di tempat mereka yang mengalami musim dingin yang lebih parah seperti itu.
Sedang di wilayah kita, banyak orang-orang kaget ketika saya bercerita bahwa Tiongkok juga mengalami musim dingin dan terdapat lautan salju. Seakan mereka tak percaya apa yang saya katakan, hingga menanyakan ulang dengan nada meyakinkan diri.
Sebaliknya ketika musim panas, orang-orang akan merasakan suhu udara begitu panas. Bahkan banyak orang-orang menggunakan pakaian tipis dan singkat, alasannya tidak tahan dengan suhu panas. Lagi-lagi AC menjadi andalan ketika saat-saat seperti ini tiba. Keluar rumahpun kita dapat melihat ada banyak orang menggunakan payung bahkan kipas genggam. Begitulah keadaan saat musim panas menyapa. Bila mereka melihat seorang muslimah yang mengenakan jilbab, pasti pertanyaan yang selalu mereka layangkan adalah: “Apakah anda tidak merasa panas?” dengan wajah keheranan dan penuh keingintahuan.
Kebetulan puasa di tahun kemarin berada pada musim panas, namun itu tidak menjadi suatu alasan untuk tidak berpuasa. Musim panaspun ibarat surga buahan, keranjang-keranjang buah terlihat meledak. Karena di saat musim-musim seperti ini ada banyak orang suka mengkonsumsi buah, semangka contohnya.
Akhirnya, musim semi jualah yang membuat semua menjadi lebih indah. Musim yang dikenal juga dengan saat dimana bunga-bunga cantik mulai tumbuh bermekaran di sana-sini. Bahkan kita juga dapat melihat bunga sakura yang ada di Jepang itu di sini. Saat musim ini tiba, rasanya orang-orang tak ingin meninggalkan taman-taman bunga. Di segala sudut kota orang-orang terlihat bahagia melihat bunga-bunga mulai bermekaran. Aneka warna bungapun mulai berpadu mempercantik tatanan kota. Tahun ini musim semi di sini begitu singkat, hanya satu atau dua bulan kurang lebih. Setelahnya disambut oleh musim panas dan kemudian berganti memasuki musim gugur yang menghadirkan lanskap berbeda pula.
Dari kebiasaan makan, mayoritas penduduk di sini juga lebih menyukai makan mie yang langsung dibuat dari tepung dan kemudian direndam dalam suhu panas sedemikian rupa. Hanya kadang-kadang saja mereka akan makan nasi. Tentunya sumpit atau yang mereka sebut kuazi akan selalu setia menemani pesta makan sebagai alat, layaknya fungsi sendok yang kita kenal. Mereka begitu mahir menggunakannya. Bahkan di film-film kita dapat melihat bagaimana mereka menggambarkan lalatpun dapat mereka tangkap dengan menggunakan sumpit. Percaya atau tidak, begitulah sangking lihainya mereka menggunakannya.
Di samping itu, kota Wuhan juga memiliki banyak universitas. Beberapa diantaranya sudah masuk dalam taraf universitas bermutu dunia. Wuhan University, Huazhong University of Science and Technology dan Central China Normal University misalkan. Banyak peminat asal luar negeri berniat mengakhiri studinya di sini, di berbagai jurusan yang ada. Ini turut pula menggambarkan peringkatnya seperti apa. Ingin tahu lebih lanjut tentang Wuhan ? Ayo berkunjung !
*Penulis adalah mahasiswa asal Aceh Selatan sedang mengambil Master of Communication Studies di Huazhong University of Science and Technology, Tiongkok.