Sukses

Tips Menunda Kematian Versi Ilmuwan, Mengejutkan

Sampai hari ini datangnya kematian masih menjadi misteri. Tak ada satupun orang yang bisa meramalkan kapan waktu kematian itu akan terjadi.

Liputan6.com, Jakarta Sampai hari ini datangnya kematian masih menjadi misteri. Tak ada satupun orang yang bisa meramalkan kapan waktu kematian itu akan terjadi. Banyak yang merasa takut menghadapi kematian. Karena itu banyak yang ingin bisa hidup lebih lama di dunia.

Mereka melakukan berbagai usaha dan cara untuk bisa tetap sehat meski kadang kematian tidak ada hubungannya dengan kesehatan.

Menurut Journal yang diterbitkan British And Sports Medicine menyebutkan berenang, bulutangkis atau tenis lapangan dan aerobik adalah beberapa kegiatan olahraga yang bisa menunda kematian, khususnya mengurangi risiko kematian akibat penyakit jantung atau stroke.

"Namun olahraga jalan kaki atau bermain rugby bukan berarti tidak berperan dalam pencegahan penyakit jantung," kata Tim Chico, konsultan ahli jantung di Universitas Sheffield Inggris mengomentari temuannya.

Studi ini menganalisis data dari 11 survei kesehatan yang dilakukan rutin setiap tahun. Penelitian ini dilakukan di Inggris dan Skotlandia antara tahun 1994 dan 2008. Penelitian ini melibatkan 80.306 responden orang dewasa yang usianya rata-rata 52 tahun.

Dalam penelitian tersebut responden ditanya apa jenis olahraga dan berapa lama waktu yang dihabiskan dalam empat minggu terakhir. Selain itu mereka juga memperoleh pertanyaan apakah olahraga tersebut telah membuat mereka berkeringat dan terengah-engah kelelahan.

Tidak hanya itu saja, aktivitas mereka yang lain pun diamati, mulai dari berkebun, berjalan, bersepeda, renang, aerobik, senam atau menari. Juga aktivitas lain seperti sepak bola atau rugby, bulu tangkis, tenis atau squash.

Aktivitas setiap responden dilacak selama rata-rata sembilan tahun. Dari waktu yang ditentukan itu, terdapar responden yang meninggal sebanyak 8.790 orang karena berbagai sebab. Dan sebanyak 1909 orang meninggal karena penyakit jantung atau stroke.

Jika dibandingkan dengan mereka yang tidak pernah berolahraga, risiko kematian (oleh sebab apapun) mereka yang berolahraga dengan raket turun 47%, perenang, 28%, aerobik 27% dan pesepeda 15%. 

Sementara kematian yang diakibatkan penyakit jantung dan stroke, penelitian tersebut menemukan mereka yang berolahraga dengan raket memiliki risiko kematian yang turun 56%, perenang 41%, aerobik 36%.

Tim Chico mengatakan, penelitiannya juga mengungkap bahwa pelari memiliki tingkat risiko kematian lebih rendah akibat penyakit jantung.

"Meskipun ini bukan 'statistik signifikan', banyak studi lain telah menemukan bahwa pelari hidup lebih lama dan mempunyai risiko punya penyakit jantung lebih rendah," katanya.

Bagaimana menarik kan?

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6