Liputan6.com, Jakarta Kelereng, bola kecil yang terbuat dari kaca ini tentu sudah tidak asing bagi anda. Mainan anak-anak yang identik dengan permainan tradisional di Indonesia ini sudah mulai menghilang saat ini. Namun siapa sangka, di sebuah negara, bola kaca tersebut digunakan sebagai alat politik sebagai pengganti kertas suara dalam pemilu.
Baca Juga
Di wilayah Afrika Barat, tepatnya di Republik Gambia yang hanya berukuran 10.500 Km persegi ini menggunakan kelereng sebagai alat untuk memilih kepala negaranya. Sistem unik pemilihan presiden menggunakan kelereng ini sudah dilakukan Republik Gambia sejak tahun 1965. Hal ini dilakukan karena tingginya buta huruf di negara tersebut.
Mekanisme pemungutan suaranya hampir sama dengan negara demokrasi. Para pemilih memasuki tempat pemungutan suara dan memilih salah satu calon yang dianggap mewakili aspirasinya. Bedanya hanya terdapat pada alat yang digunakan dan cara penghitungannya yang unik. Para pemilih akan memasukkan kelereng kedalam sebuah drum yang sudah diwarnai dan ditempeli foto calon presiden.
Kelereng tersebut dimasukkan ke drum melalui pipa dan yang tersangkut di pipa dianggap suara yang tidak sah. Setiap kelereng yang jatuh ke dalam drum akan membunyikan bel, hal ini dilakukan agar para panitia pemilihan dapat mengetahui jika ada pemilih yang memasukkan kelereng lebih dari satu. Bel yang digunakan pun mirip dengan bel sepeda sehingga sepeda tidak boleh berada di sekitar tempat pemungutan suara untuk menghindar kebingungan para panitia.
Sama halnya dengan di Indonesia, setiap pemilih yang sudah memilih pasangannya akan dicap jarinya dengan tinta yang sulit untuk di hapus.
Advertisement
Selengkapnya baca di sini
**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini.
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6.