Liputan6.com, Jakarta - Bertambahanya perangkat komunikasi di era digital, membuat jumlah pengguna media sosial kian bertambah. Perlahan-lahan, media sosial memainkan peran yang penting dalam kehidupan manusia. Tidak hanya menjadi sumber ilmu pengetahuan dan informasi, namun juga menjadi wadah komunikasi serta berbagi.
Baca Juga
Namun, interaksi dan komunikasi melalui media sosial tak selamanya berjalan baik. Kesalahpahaman berinteraksi melalui media sosial, Facebok misalnya, menjadikan pengguna media sosial dibully, berujung pertengkaran hingga kontak teman yang tak disukai terbukti bisa meningkatkan risiko depresi.
Advertisement
"Berinteraksi melalui media sosial memang penting, tetapi jangan berpikir tak ada dampak dari pengalaman berinteraksi secara virtual itu bagi seseorang," ujar asisten peneliti epidemiologi dari Brown University's School of Public Health, Rhode Island, Samantha Rosenthal.
Dilansir dari laman Health dan Antara, dalam studi yang dipublikasikan dalam Journal of Adolescent Health itu peneliti melakukan survei pada 264 orang di tahun 2013 dan 2014. Delapan dari 10 orang ternyata mengalami pengalaman negatif saat ber-Facebook-an, yakni dibully, menjadi korban kesalahpahaman hingga memiliki kontak orang yang tak diinginkan.
Sebanyak 63 persen partisipan bahkan mengaku mengalami hal buruk itu di awal menggunakan layanan sosial itu. Hasil studi menunjukkan, gejala depresi ringan hingga sedang muncul pada seperempat partisipan. Risiko depresi lebih tinggi 3,2 kali di antara mereka yang mendapatkan pengalaman negatif saat berinteraksi melalui Facebook. Simak kelanjutan artikel dengan mengeklik tautan berikut ini.
**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini.
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya yang sedang populer:Cari Pencuci Piring, Ratu Inggris Siap Gaji Rp 294 Juta. Yuk, berbagi di Forum Liputan6.