Sukses

Babi-Babi Terkena Radiasi Menyerbu Kota, Warga Dievakuasi

Ratusan babi hutan liar itu tiba-tiba keluar dari hutan untuk mencari makanan di jalanan kota, di tepi Laut Namie.

Liputan6.com, Jakarta Otoritas di Fukushima meminta warganya untuk tetap mengungsi selama babi-babi yang tekena radiasi masih menyerbu kota. Ratusan babi hutan liar itu tiba-tiba keluar dari hutan untuk mencari makanan di jalanan kota, di tepi Laut Namie.

Babi-babi itu diindikasi terkena radiasi Pembangkit Nuklir Fukushima yang rusak akibat bencana 2011 lalu. Menurut serangkaian tes yang dilakukan Pemerintah Jepang, daging babi yang disembilih mengandung cesium-137. Radiasi itu 300 kali lebih tinggi dari standar aman untuk dikonsumsi.

Melansir dari news.com.au, Walikota Namie, Tamtsu Baba mengatakan, permintaan untuk evakuasi warga masih tarik ulur. Beberapa warga telah meninggalkan rumah mereka sejak 2011 lalu. Sedangkan sisanya memilih bertahan dan bertekad dan membekali diri dengan senjata untuk membasmu babi-babi hutan beracun.

"Ini benar-benar tidak jelas. Sekarang yang jadi penguasa kota, entah orang entah babi hutan," ujarnya.

Tomastu meminta otoritas yang lebih tinggi untuk membasmi babi-babi beracun itu. Sebab jika dibiarkan, kota itu akan menjadi lebih liar dan tidak terkendali. Sekarang ini, menurut Tamostu, babi-babi beracun itu bahkan telah menetap di ruas jalan kota yang sepi.

"Mereka telah kehilangan rasa malu ketika berhadapan dengan manusia," ujarnya.

Namie adalah salah satu dari 4 kota yang terletak di dalam zona eksklusi 20 km di sekitar pabrik Fukushima. Sejak teradiasi nuklir, hanya sebagian wilayah yang telah dibersihkan. Di kota terdekat dari Tomoiko, otoritas Jepang kini telah memerintahkan tim pemburu yang diketuai Shoichiro Sakamoto untuk menangkap dan membunuh babi-babi liar beracun.

Berbekal senapan udara, perangkap, dan tepung beras untuk dijadikan umpan, tim pemburu dalam sebulan ini telah berhasil membunuh 300 babi liar beracun itu.

Pihak berwenang telah dipaksa untuk menyisihkan ratusan babi beracun, yang telah pindah ke rumah ditinggalkan dan telah dilaporkan kehilangan rasa takut alami mereka dari manusia, yang mengarah ke serentetan serangan.  Gambar: Reuters

"Mereka mulai sering turun gunung dan enggan kembali. Mereka menganggap kota ini sebagai tempat tinggalnya," ujarnya.

Tatapi meski babi-babi liar itu perlahan dibasmi, berdasarkan survey yang dilakukan otoritas Jepang, sebanyak 21.500 penduduk Namie tak menghendaki kembali. Kekhawatiran mereka rupanya tidak hanya disebabkan serbuan babi liar beracun melainkan juga radiasi PLTN yang kadung menyebar di berbagai sudut kota.

(war)

 

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini

**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6