Sukses

Kisah Mutia, Gadis Belia yang Berjuang Jadi Driver Ojek Online

Mutia Zahra, gadis yang berusia 19 tahun ini pantang menyerah dalam menjalani kehidupan yang keras di Jakarta.

Liputan6.com, Jakarta - Sebelum adanya emansipasi, wanita dianggap tak mampu mengerjakan beberapa profesi yang identik dengan laki-laki. Hingga banyak anggapan miring  menghantui para wanita dan menyurutkan kaum wanita dalam bersaing di berbagai bidang baik persamaan, kedudukan sosial, otonomi serta kesetaraan hukum.

Namun seiring berjalannya waktu setelah perjuangan RA. Kartini, kini kaum hawa dapat menikmati kesetaraan sosial yang seimbang sama seperti kaum pria. Di zaman serba modern ini berbagai macam pekerjaan tidak menjadi alasan untuk tidak berkembangnya seorang wanita.

Begitu pula bagi Mutia Zahra, gadis yang berusia 19 tahun ini pantang menyerah dalam menjalani kehidupan yang keras di Jakarta. Berprofesi sebagai driver ojek online, banyak sekali pelajaran hidup yang didapatkan gadis muda ini. Menjalani pekerjaan yang menuntut kewaspaadaan dan berisiko di jalan raya membuat Mutia mengenal watak manusia. Berbagai macam penumpang dari karakter yang berbeda ia temui.

Dengan aktivitas yang mobile, secara tidak langsung Mutia dapat mempelajari keadaan lingkungan sekitar yang membuat ia harus selalu bersikap waspada terhadap sekelilingnya seperti menghindari kejahatan di jalanan dan melatih ketepatan waktu baik dalam menjemput customer maupun mengantarkan makanan. Kejadian yang tidak diinginkan pun pernah ia alami seperti ban bocor ketika mengantarkan penumpang.

Sebuah kerja keras yang patut dijadikan pelajaran bagi hidup. Banyak hal baik dipelajari olehnya seperti menjalin silaturahmi dengan sesama driver serta melatih kekompakan dan kebersamaan pada teman seperjuangannya itu.

Emansipasi telah membukakan banyak pintu kesempatan untuk berkembang dan maju. Seperti halnya yang dilakukan oleh Mutia. Kesabaran dan keuletannya patut ditiru anak muda lainnya terlebih bagi mereka yang masih memiliki jiwa muda di hidupnya. Sayang sekali apabila disia-siakan dan tidak digunakan dengan maksimal karena sebaik-baiknya manusia ialah manusia yang memberikan manfaat terhadap sesamanya.

Penulis:

Kezia Juwita Puspitasari

Universitas Negeri Jakarta ‘14

Jadilah bagian dari Komunitas Campus CJ Liputan6.com dengan berbagi informasi & berita terkini melalui e-mail: campuscj6@gmail.com serta follow official Instagram @campuscj6 untuk update informasi kegiatan-kegiatan offline kami.

Video Terkini