Liputan6.com, Jakarta Memperingati Hari Pendidikan Nasional 2017, Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan Terluar dan Tertinggal (SM3T) Kabupaten Karimun, Kepulauan Riau membagikan 1304 buku ke 26 sekolah penugasan. Sekolah tersebut antara lain SD N 003 Belat Kelas Jauh, SD N 017 Moro, SD SMP N 02 Satu Atap Durai, dan SMK N Kundur Utara.
Buku tersebut dikumpulkan melalui program Penaram (Peduli Anak Maritim) Chapter 2. Penaram merupakan program yang dilatarbelakangi oleh terbatasnya jumlah dan jenis buku di beberapa sekolah di Kabupaten Karimun, khususnya di daerah pulau.
Advertisement
“Banyaknya referensi buku bisa meningkatkan prestasi akademik, kreativitas, serta menambah wawasan siswa,” kataKordinator SM3T Karimun, Edy Sulistiyono SPd, yang akrab disapa Tyok, Selasa (2/5).
Selain itu, pengadaan buku diutamakan untuk menumbuhkembangkan budaya literasi membaca dan menulis siswa di sekolah.Jenis buku yang terkumpul antara lain buku pelajaran dari kelas 1 SD hingga kelas XII SMA/SMK, kamus, ensiklopedia, serta novel.
Tyok menjelaskan, kegiatan pengumpulan buku berlangsung dari tanggal 10 Januari 2017 hingga 10 Februari 2017. Tidak hanya masyarakat Kepulauan Riau, masyarakat di Kalimantan, Sumatera, dan Jawa ikut berkonstribusi dengan menjadi donatur buku. “Untuk donasi buku, titik pengumpulannya kemarin di Yogyakarta. Ada juga yang memberikan donasi berupa uang,” ujarnya.
Dia memaparkan, uang yang telah masuk dalam rekening Penaram sejumlah Rp 11.076.009 dan sisa uang donasi saat ini Rp 8.241.859. Sebab, sebagian uang telah digunakan untuk biaya pengiriman buku dari beberapa provinsi di Kalimantan, Sumatera, dan Jawa. “Sisa uang donasi akan digunakan untuk membeli buku dan perlengkapan sekolah, kemudian disalurkan ke sekolah yang sangat membutuhkan,” ungkap Tyok.
Dia berharap, dengan adanya program Penaram, minat baca siswa dan masyarakat semakin meningkat. Dia juga berharap, siswa semakin semangat belajar dan mengenal lingkungannya. “Siswa yang gemar membaca dapat memperluas wawasannya,” ujarnya.
Dengan beragamnya buku, anak-anak akan terdidik menjadi penerus bangsa yang literat melalui kegitan literasi sekolah. “Kegiatan yang bertujuan agar siswa memiliki budaya membaca dan menulis,” tuturnya.
Menurut dia, ribuan buku yang saat ini terkumpul, dan media pembelajan yang ada belum bisa memenuhi kebutuhan buku di Kabupaten Karimun. Meski begitu, siswa masih bisa menggunakan alam sebagai sumber belajar. “Sumber belajar tidak harus dari buku, bisa dari sumber lain, antara lain alam dan lingkungan sekitar,” tutup Tyok.
Pengirim:
Wahyu Perwitasari
**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6