Liputan6.com, Jakarta Konon profesi penulis rawan dengan bunuh diri, karena ingin selalu menyendiri dalam mencari inspirasi. Ernest Hemingway, Jack London, Kurt Vonnegut, Edgar Allan Poe, Virginia Woolf, David Foster Wallace, Yukio Mishima, dan Yasunari Kawabata adalah para penulis yang mengakhiri hidupnya dengan cara tragis, bunuh diri.
Salah satu penulis dunia asal Afrika, Karel Schoeman, juga memilih mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Karel Schoeman yang telah memenangi lebih dari 20 penghargaan dalam bidang sastra ini meninggal dalam usia 77 tahun.
Sebelum mengakhiri hidupnya, ia meninggalkan surat terakhir. Dalam surat yang diserahkan pengacaranya, Carl van Rensburg mengatakan, dia dengan sadar akan mengakhiri hidupnya dengan cara tidak makan dan minum.
Advertisement
Laki-laki ini meninggal pada Senin lalu di rumah pensiun Noorderbloem di Bloemfontein.
Surat terakhir Karel di antaranya menulis, ia telah merasa cukup tua dan ingin memastikan dirinya tak ingin menjadi tua. Dalam surat itu, Karel juga mengungkap fakta baru bahwa ia telah memutuskan bunuh diri sejak bertahun-tahun lalu.
Ia pernah mencoba bunuh diri pada usia 75, tapi gagal. Ketika berusia 77 tahun, ia merasa inilah waktu yang tepat untuk meninggalkan dunia fana ini untuk selama-lamanya, ketika ia masih sehat, bisa bergerak bebas dan masih bisa membuat keputusan logis.Â
Namun ia juga merasa, kemampuan fisik dan spiritualnya mengalami kemunduran.
"Ketidakberdayaanku terus bertambah, aku makin banyak bergantung pada orang lain, bebanku semakin banyak, " tulisnya.
Dia menyadari, membuat keputusan bunuh diri ini cukup berat. Ia perlu waktu berpikir selama bertahun-tahun.
Karel Schoeman yang telah menerbitkan 19 novel ini sangat dihormati karena karyanya tentang biografi dan buku sejarah.
Dia memenangi hadiah bergengsi Hertzog tiga kali antara tahun 1971 dan 1995.
**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6