Liputan6.com, Jakarta Masa liburan merupakan waktu yang tepat bagi anak-anak untuk berwisata, terlebih jika kegiatan tersebut membuat mereka sekaligus mendapatkan pengetahuan baru. Di Ibukota, pilihan tempat wisata edukatif nan terjangkau seperti museum, taman bermain, dan kebun binatang tentu tidak sulit untuk ditemui.
Namun lain halnya dengan anak-anak yang ada di pelosok Indonesia. Minimnya fasilitas yang ada dan sulitnya akses transportasi, membuat pilihan kegiatan untuk mengisi waktu liburan menjadi terbatas.
Padahal sebagai generasi penerus bangsa, semua anak tentu berhak memiliki kesempatan untuk untuk melihat seluruh kekayaan negeri ini, menyaksikan keberagaman Indonesia, serta lebih mengenal Indonesia melalui teman sebaya mereka yang berasal dari latar belakang yang berbeda.
Advertisement
Hal ini melatarbelakangi komunitas Sayap Dewantara untuk kembali menggelar program Jalan-Jalin. Acara ini berlangsung pada 10 -14 Mei lalu di Jakarta. Program Jalan-Jalin mengundang siswa-siswi sekolah dasar terpilih dari Indramayu (SDN Cikawung IV, dan SDN Taman Sri Endah) dan Sukabumi (SDN Puncakmanggah, SDN Cimanggu, dan SDN Negla) untuk menikmati wisata edukatif di Jakarta.
Jalan-Jalin memberikan kesempatan bagi anak-anak terpilih ini untuk lebih mengenal Indonesia dengan pergi ke berbagai destinasi menarik seperti Universitas Indonesia, Kawasan Kota Tua (Museum Fatahillah, Museum BI, Museum Wayang), Monumen Nasional, Masjid Istiqlal, Gereja Katedral, Kidzania dan Taman Mini Indonesia Indah sembari mengenal daerah lain melalui kebersamaan mereka selama program.
"Ada 3 nilai yang ditanamkan dalam kegiatan Jalan Jalin tahun ini, yaitu Toleransi, Pantang Menyerah, dan Cinta Indonesia. Kami berharap program ini dapat membuat anak-anak hebat ini memperoleh pengetahuan yang lebih luas mengenai Indonesia serta mampu menyebarkan semangat belajar ini ke teman-teman sebayanya setelah kembali ke daerah masing-masing nanti" jelas Cahya Ahmad, ketua komunitas Sayap Dewantara.
Komunitas Sayap Dewantara merupakan komunitas yang dibentuk oleh para alumni Gerakan Universitas Indonesia Mengajar (GUIM) yang kini total berjumlah lebih dari 600 anggota.
Selama 3 tahun kokoh berdiri, komunitas ini telah berhasil menginisiasi berbagai program yang fokus di bidang sosial pendidikan seperti Jalan-Jalin, Laire Sujana (program pembuatan & pelatihan media pembelajaran kreatif bagi guru di pelosok), serta #1000kaki (program donasi sepatu sekolah bagi anak-anak di pelosok).
Saat ini, terdapat beberapa daerah yang menjadi fokus komunitas ini adalah pelosok Garut, Pandeglang, Indramayu, Sukabumi, dan Tegal yang juga menjadi daerah titik aksi GUIM sebelumnya.
Penulis:
Nori Ayufi & Luthviana Riannisa
Â
**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6