Liputan6.com, Jakarta Beredar video betapa Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) pontang panting mengatur warga yang hendak berfoto bersama Presiden Jokowi. Paspampres bahkan harus memegangi tangan warga yang sedang foto bersama orang nomor satu di Indonesia tersebut. Repotnya, anggota Paspampres tersebut harus memegangi lengan warga itu sembari menunduk agar tak ikut terfoto.
Advertisement
Baca Juga
Rupanya ada alasan mendasar, mengapa Paspampres (meski tidak selalu) memegangi tangan warga yang berfoto. Tujuannya agar warga tidak merangkul Presiden. Pertanyaannya, mengapa warga tidak boleh merangkul Presiden saat melakukan foto bersama?
Kepala Biro Pers, Media, dan Informasi Kepresidenan, Bey Triadi Machmudin, mengungkapkan alasan mengapa warga tak boleh merangkul presiden saat foto bersama. Ada beberapa alasan yang dijabarkan Bey, yakni perihal etika dan standar keamanan.
Merangkul Presiden kata Bey, menunjukkan etika yang kurang sopan apalagi menyangkut hubungan antara warga dan pemimpinnya.
"Kita ini orang timur yang sangat mengutamakan budaya sopan santun. Kami anggap hal seperti itu tidak sopan," ujarnya kepada Liputan6.com, Selasa (20/6/2017).
Bey mengatakan, protokoler itu tidak bermaksud membatasi jarak antara presiden dan warganya. Ia cuma ingin mengatur agar foto bersama kepala negara berjalan dengan tertib.
Jika tidak diatur, Bey khawatir terjadi hal-hal yang kurang pantas saat berfoto.
"Dalam proses merangkul itu ternyata tangan warga mengenai kepala presiden, atau mengenai anggota badan yang lainnya. Itu kan tidak enak," ujar Bey mengumpamakan.
Alasan berikutnya, menyangkut standar operasional prosedur (SOP) keamanan. Jangankan merangkul, menyentuh presiden saja sebenarnya tidak boleh.
"Namun saking antusiasnya, terkadang warga lupa diri. Warga tidak mengetahui jika foto bersama presiden itu ada protokolernya," ujar Bey.
Hal itu berbeda dengan mengajak bersalaman presiden. Salaman merupakan satu-satunya cara menyentuh presiden yang diperbolehkan. Salaman merupakan budaya yang baik.
"Kalau salaman berbeda dengan menyentuh atau merangkul. Salaman itu, kita bertatap muka. Jadi itu tidak masalah baik dari segi etika maupun keselamatan," katanya.
Bey mengharap, warga mau menaati protokoler-protokoler yang ditetapkan demi kebaikan bersama. Toh sebenarnya, protokoler itu sudah diterapkan pada zaman presiden-presiden sebelumnya.
Hanya saja ketika Jokowi menjabat sebagai presiden, antusiasme warga untuk berfoto bersama kepala negara sangatlah tinggi. Sehingga Paspampres musti bekerja lebih untuk menjalankan protokoler tersebut.
(war)
**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini.
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6.