Liputan6.com, Jakarta - Menjadi seorang jurnalis memang dicita-citakan oleh banyak orang. Selain bisa bertemu dengan banyak orang penting, menjadi jurnalis membuat seseorang terlihat pandai. Meski begitu, banyak orang yang berkecimpung di dunia jurnalis namun latar belakang pendidikannya berbanding terbalik dengan profesinya itu.
Seperti halnya yang dirasakan oleh Dazeninda Vrilla Vaditra. Perempuan cantik yang saat ini menjadi salah satu News Presenter di Liputan6 SCTV ini ternyata dulunya tidak pernah berencana untuk menjadi seorang jurnalis. Terlebih dirinya adalah sarjana teknik industri ITS Surabaya.
Advertisement
Baca Juga
Diakui Dazen, waktu lulus kuliah ia sempat melamar pekerjaan ke beberapa perusahaan termasuk ke salah satu stasiun tv swasta di Jakarta.
"Beberapa perusahaan menerimaku waktu itu, termasuk tv swasta. Tapi menurut pertimbangan keluarga, aku lebih cocok jadi jurnalis, jadi aku lebih memilih bekerja di tv," ujar dia.
Tepatnya tahun 2015, Dazen menjadi seorang reporter reguler salah satu tv swasta di Jakarta. Tugas sebagai seorang jurnalis pun ia dapatkan kala itu. Bermodalkan keberanian dan rasa tanggung jawab, Dazen menerima tugas untuk menjadi reporter di Aceh.
Siapa sangka, ternyata ia juga dipercaya menjadi reporter pertama untuk siaran di TV tempatnya bekerja yang saat itu buka cabang di Aceh. Dari situ, Dazen mulai belajar bagaimana menjadi seorang reporter yang baik.
Di Aceh sendiri, Dazen ditugaskan selama kurang lebih delapan bulan lamanya. Berbagai pengalaman seru dan menarik pun ia dapatkan.
Nampaknya kemampuan Dazen dalam membawakan sebuah berita cukup menarik perhatian beberapa media. Berbagai tawaran dari media lain pun datang menghampiri perempuan yang sangat suka makan sambal ini.
Salah satu tawaran yang cukup ia pertimbangkan yaitu dari SCTV. Begitu pulang ke Jakarta, Dazen pun menerima tawaran tersebut. Sejak saat itu, Dazen pun resmi bergabung dengan Liputan6 SCTV.
Berbicara soal tantangan bagi seorang jurnalis, perempuan yang hobi jalan-jalan ini menjelaskan tantangan terbesar yaitu bagaimana caranya ia bisa menyampaikan informasi dalam kondisi apapun. Seperti yang ia alami saat gempa Aceh. Kondisi yang tidak kondusif, mayat di mana-mana, perasaan was-was namun tetap dituntut untuk bisa menyampaikan berita menjadi tantangannya.
"Di situlah kita harus tetap bisa menyampaikan berita kepada masyarakat dengan sebaik mungkin. Karena bisa jadi berita yang kita bawakan sedang di tunggu-tunggu masyarakat luas," ujar dia.
Pengalaman seru pun kerap dirasakan perempuan penyuka ayam gepuk ini. Salah satunya yaitu saat ia ditugaskan untuk liputan acara Diaspora. Bisa dialog dengan orang-orang penting dan bertemu langsung dengan orang-orang penting tersebut merupakan suatu kebanggan untuknya.
Sebagai seorang perempuan, rasa takut pun kadang ia rasakan. Namun Dazen selalu meyakinkan dirinya sendiri jika sebagai jurnalis itu tidak perlu membedakan laki-laki ataupun perempuan.
Yang terpenting adalah nikmati dan kerjakan tanggung jawab sebagai jurnalis. Maka semuanya akan terasa seru dan banyak mendapatkan hal baru, kenal dengan orang-orang baru, dan tidak perlu ada yang ditakutkan.
Kerja di lapangan pun menjadi aktifitas sehari-hari bagi perempuan yang dulunya sekolah di SMA NÂ 68 Jakarta ini. Ia tidak pernah merasa takut kulitnya akan menghitam. Baginya, jurnalis itu bukan penampilan luar saja yang penting, melainkan inner beauty juga. Sementara itu, saat dirinya sedang tidak liputan, Dazen lebih memilih berolah raga dan melakukan kegiatan sosial bersama teman-temannya.Â
Penulis:
Lasmie
Reporter Sahabat Liputan6.com
Â
Jadilah bagian dari Komunitas Sahabat Liputan6.com dengan berbagi informasi & berita terkini melalui e-mail: SahabatLiputan6@gmail.com serta follow official Instagram @sahabatliputan6Â untuk update informasi kegiatan-kegiatan offline kami.
Â