Liputan6.com, Kuala Lumpur - Minimnya keterampilan membuat tenaga kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri, terutama di Malaysia, rentan dengan masalah. Selama 2016 saja, 1.334 orang Tenaga Kerja Indonesia Bermasalah (TKIB) dipulangkan oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Kuala Lumpur. Sementara tahun ini, sampai dengan Juni 2017, 454 TKIB telah direpatriasi kembali ke Indonesia.
Baca Juga
Advertisement
Meski demikian, repatriasi bukanlah solusi yang tepat dalam menangani TKIB. Untuk itulah, KBRI Kuala Lumpur meluncurkan program pelatihan keterampilan "Saya Mau Sukses" bagi TKIB yang saat ini ditampung di rumah perlindungan sementara KBRI Kuala Lumpur.
"Program pelatihannya sendiri sudah dimulai sejak 6 September 2017. Harapannya sih dengan program ini mereka tidak kembali jadi tenaga kerja informal di luar negeri," ujar Duta Besar Indonesia untuk Malaysia Rusdi Kirana, ditemui di Kuala Lumpur, Senin (11/09/17).
Menurut Rusdi, tak hanya dilatih di KBRI, saat kembali ke Indonesia para TKIB tersebut akan diusahakan agar dapat menjadi anggota UKM. Pemerintah juga berencana memberikan bantuan agar para TKI tersebut mendapat kredit usaha untuk membuka usaha di Indonesia.
"Saya akan minta ke BRI untuk tidak meminta jaminan ke mereka. Saya yang akan memberikan jaminan kalau nanti mereka tidak bisa bayar," tegas Rusdi.
Â
Â
TKI Diajarkan Berbagai Keterampilan
Tak hanya itu, Rusdi juga berjanji akan membantu pemasaran dan distribusi produk-produk dari para TKI yang diberi pelatihan ke perusahaan yang bergerak di bidang UKM. Dengan itu, harapannya mereka tidak kembali ke Malaysia sebagai pekerja informal.
Keterampilan yang diajarkan kepada para TKIB, yakni keterampilan menjahit, menyulam, merajut, dan pelatihan spa. Untuk memperlancar program mereka, KBRI Kuala Lumpur bekerja sama dengan Asosiasi Eksportir dan Produsen Handicraft Indonesia (ASEPHI) serta Cemara Ayu Sdn Bhd.
"Walau pelatihannya baru beberapa hari, tapi keterampilan mereka tidak bisa diremehkan. Ini saja sudah bagus-bagus," tukas perwakilan ASEPHI, Wirasanti yang memberikan pelatihan menjahit dan membuat suvenir.
Ia menambahkan bahwa kualitas produk yang dihasilkan para TKI tersebut akan tetap dikontrol meski pelatihan telah selesai diberikan. Dari sekitar 25 TKI yang berada di shelter, nantinya akan dipilih yang terbaik untuk menjadi koordinator pengganti pelatih mereka.
Sementara ini, produk yang dihasilkan oleh para TKI tersebut baru berupa kaus, sarung bantal, bros, dan sulaman yang dijual seharga 25 ringgit atau sekitar Rp 80 ribu. Nantinya, bila kualitas produk semakin baik, tidak menutup kemungkinan produk yang dihasilkan akan lebih beragam dan harga jual akan dinaikkan.
(Sul/Ul)
**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini.
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Â
Advertisement