Liputan6.com, Jakarta Warga di pulau-pulau terluar Indonesia kerap kekurangan perhatian. Itu karena, letak pulau yang jauh dan sulit diakses.
Seperti pulau Masela, Maluku yang berbatasan langsung dengan wilayah Australia dan Timor Leste. Dari Jakarta misalnya, dibutuhkan 4-5 jam perjalanan dengan pesawat via Ambon ke Saumlaki. Lalu dilanjutkan dengan kapal laut selama 10 jam perjalanan hingga sampai ke Masela.
Sulitnya akses menuju Masela, membuat kebanyakan warga di pulau ini hidup di bawah garis kemiskinan. Padahal, wilayah kepulauan Masela sangat kaya akan sumber daya alam.
Advertisement
Untuk mata pencaharian, mayoritas masyarakat Masela adalah nelayan. Sayangnya, hasil tangkapan masih sulit dipasarkan ke luar wilayah karena minimnya sarana transportasi. Hanya 4 kali dalam sebulan kapal perintis singgah di Masela.
Kehidupan warga juga dipersulit minimnya ketersediaan air bersih. Di pulau Masela hanya ada 1 sumber air bersih yaitu sumur sedalam 20 meter.
Kondisi itu lah yang membuat Yayasan Pundi Amal Peduli Kasih (YPAPK) SCTV-Indosiar bekerjasama dengan TNI AL menyelenggarakan Bakti Sosial di Kecamatan Pulau Masela. Salah satu kegiatan, pelayanan kesehatan masyarakat gratis. Antara lain, poli umum, gigi, bedah, kandungan, dan mata yang dilayani 40 tenaga medis.
Bagi warga yang memerlukan penanganan lebih lanjut seperti tindakan operasi juga difasilitasi. Para pasien dilayani di kapal rumah sakit KRI dr. Soeharso. Selain itu, YPAPK juga melakukan penyuluhan mengenai kesehatan gigi, bahaya HIV/AIDS dan fogging yang dilakukan tim medis TNI AL.
Selain itu, YPAPK juga memberikan 250 paket tas sekolah kepada para siswa SD dan SMP yang disambut sangat antusias. Puncak acara digelar pada 4 September 2017, dihadiri Asisten Potensi Maritim KASAL Mayjen TNI (Mar) Gatot Triswanto, Kepala Dinas Potensi Maritim Brigjen TNI (Mar) I Ketut Suarya, Pangdam XVI Pattimura Mayjen TNI Doni Monardo, Sekda Maluku Barat Daya, dan Bupati Maluku Tenggara Barat serta Head of CSR SCTV Abas Yahya dan Head of CSR Indosiar Dewi Yudho.
Upacara Bakar Batu
Masyarakat menyambut para tamu dengan tarian sambutan selamat datang. Setelah itu, rombongan diajak menyaksikan prosesi bakar batu yang menjadi tradisi memasak masyarakat Masela.
Beberapa bongkah batu yang ditempatkan di dalam lubang menggunakan kayu bakar hingga batu tersebut panas dan memerah. Selanjutnya di atas batu panas tadi diletakkan pelepah kelapa agar masakan tidak hangus.
Lalu dialasi daun pisang untuk tatakan ubi, singkong dan bahan makanan lainnya yang akan dimasak. Seluruh bahan makanan tadi, kemudian ditutupi lagi dengan daun pisang. Kemudian ditimbun dengan tanah atau pasir untuk menjaga agar batu tetap panas. Selang 1 sampai dengan 1,5 jam, makanan akan matang dan dapat dikonsumsi.
Makna Bakar Batu ini sebagai ungkapan rasa syukur masyarakat dalam menyambut tamu penting yang berkunjung serta mempererat kebersamaan, kekeluargaan dan solidaritas.
Kepala Dinas Potensi Maritim Mabesal Brigjen TNI (Mar) I Ketut Suarya menyampaikan, Pulau Masela dipilih sebagai lokasi kegiatan karena letak geografisnya berbatasan dengan Australia dan Timor Leste.
Dalam kegiatan ini, TNI AL juga memberikan bantuan dengan kegiatan fisik di Pulau Wetar dan Masela meliputi pembangunan RTLH sebanyak 16 unit, 6 unit Tempat Ibadah, 10 unit sarana pendidikan, 6 unit sumur air bersih, 5 unit Puskesmas Pembantu, 1000 buku tulis 1500 buku bacaan dan 1500 paket sembako untuk mayarakat.
**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6
Saksikan video menarik berikut ini:
Advertisement