Liputan6.com, Jakarta - Pada masa kini, siapa yang tidak kenal dengan teknologi ponsel pintar alias smartphone? Hampir setiap orang menggunakan teknologi tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Menggunakan sambungan data digital melalui internet, smartphone menjelma menjadi perangkat digital untuk mengakses berbagai hal termasuk perbankan.
Meskipun angka pengguna smartphone di Indonesia kini mencapai sekitar 25 persen dari total penduduk atau sekitar 65 juta orang, potensinya belum dimanfaatkan secara maksimal oleh industri perbankan.
Advertisement
Baca Juga
"Potensi yang besar ini masih dalam bentuk konsumen, artinya kita mengonsumsi. Harusnya dibalik, bisa menghasilkan, berproduksi," ujar Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Halim Alamsyah.
Berbicara dalam jumpa pers pada rapat kerja nasional Himpunan Pengusaha KAHMI (HIPKA) periode 2017-2022 Kamis, (21/9/2017) di Four Points, Hotel Sheraton, Jakarta, Halim mengingatkan potensi digital yang harus dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh pelaku industri perbankan.
"Peran perbankan masih sangat besar. Pembiayaan investasi besar misalnya, membutuhkan bank. Namun beberapa pembiayaan skala kecil kelihatannya kini diambil alih croudfunding," lanjutnya.
Ia menyebutkan, lima hingga enam tahun ke depan industri perbankan belum bisa tergantikan. Namun, tantangan yang dihadapi industi perbankan semakin berat.
"Saya rasa dalam lima atau enam tahun ke depan peran perbankan belum bisa tergantikan. Namun, bank harus siap dengan industri digital. Perlu diingat bahwa pengguna jasa teknologi keuangan terbesar saat ini masih perbankan," pungkasnya.
**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini.
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6.