Liputan6.com, Jogjakarta - Bermula dari rasa prihatin terhadap banyaknya sampah yang menggunung dan menjadi bukit sampah di TPA (Tempat Pembuangan Akhir), Sri Handayani tergerak untuk berbuat sesuatu dari hal terkecil yang bisa dilakukan sebagai seorang ibu yakni sampah rumah tangga.
Baca Juga
Advertisement
Dengan bermodal semangat dan biaya sendiri, ia belajar dan mengikuti pelatihan manajemen bank sampah hingga keluar kota. Pengalaman mengikuti pelatihan tersebut membuat Handayani mulai bergerak membentuk kelompok kecil dari masyarakat Panggungsari, Ngaglik, Sleman, Jogjakarta agar belajar mengelola sampah rumah tangga secara mandiri.
Berkat dukungan dari warga serta semangat dan ketekununan dalam mewujudkan mimpi menjadi aksi nyata, ia membentuk Bank Sampah Handayani secara swadaya pada 13 Maret 2013. Ditengah keterbatasan biaya dan fasilitas, ia terus bergerak hingga lambat laun Bank Sampah Handayani yang awalnya memiliki puluhan nasabah yang kini telah menjelma menjadi Bank Sampah Induk Sleman dengan 2.500 nasabah.
Hingga kini, sekitar 2.500 orang dari tujuh kecamatan ikut berparisipasi dalam pengelolaan Bank Sampah Handayani. Lebih dari 115 jenis Sampah bisa di tabung di Bank Sampah Handayani. Selain itu, ia juga aktif menjadi pembicara untuk sosialisasi Bank Sampah, baik yang dibuat oleh pemerintah maupun mahasiswa.
Sampah rumah tangga yang awalnya tidak berguna kini dengan kreativitas ibu-ibu rumah tangga kemudian diolah menjadi produk kerajinan tangan yang menarik dan bernilai ekonomis. Produk kerajinan dari kelompok nasabah kini telah dipasarkan hampir keseluruh kota di Indonesia melalui media sosial maupun pameran-pameran yang diadakan oleh Dinas Lingkungan Hidup dan pihak swasta di Jogja dan Jakarta.
Sri Handayani, dari seorang ibu rumah tangga biasa dan istri pensiunan BUMN kini dikenal sebagai sosok wanita pelopor berdirinya Bank Sampah Handayani di Sleman. Ia berharap, lebih banyak lagi kaum wanita turut bergerak menjaga lingkungan dengan mengajarkan putra-putrinya dalam memilah sampah dan bijak memanfaatkan sampah agar lingkungan yang sehat dan bersih terus terjaga.
Hambatan yang sering ia temui adalah mengubah persepsi dan gaya hidup masyarakat terhadap sampah. Ia juga berharap, lebih banyak lagi pihak swasta yang peduli dengan Bank Sampah, salah satu yang paling dibutuhkan oleh Bank Sampah saat ini adalah bantuan permodalan serta mobil angkut sampah, agar lebih banyak lagi mengjangkau semua lapisan masyarakat dari berbagai lokasi di kota Jogjakarta.
“Merubah mindset masyarakat dari persepsi sampah yang jorok menjadi sampah yang bermanfaat dan bernilai ekonomis tidaklah semudah membalik tangan. Namun, dengan bermodal semangat dan ketekunan, hambatan dan rintangan pasti bisa dilewati,” kata Handayani saat ditemui reporter CJA Energi Muda Pertamina Liputan6.com dalam Indonesia Climate Chane Forum dan Expo 2017 di Jakarta Convention Center.
Penulis:
Latif - Universitas Prof. Moestopo
Finalis Citizen Journalist AcademyEnergi Muda Pertamina Jakarta
Ikuti juga liputan dan kegiatan Finalis Citizen Journalist Academy - Energi Muda Pertamina dari 3 kota di Indonesia melalui www.liputan6.com/pages/energi-muda-pertamina. Program creative mentorship dari Redaksi Liputan6.com, Indosiar bekerjasama dengan Pertamina untuk 90 mahasiswa kreatif yang telah lolos seleksi dari ribuan pendaftar di Jabodetabek, Semarang & Balikpapan.