Liputan6.com, Jakarta Minimnya fasilitas publik di Papua bukan jadi rahasia lagi. Selain itu, kondisi alam yang ekstrem juga membuat para pendatang biasanya mengalami kesulitan ketika hidup di pulau paling timur Indonesia itu. Seperti di wilayah Asmat yang dialiri ribuan sungai dengan tanahnya yang berlumpur.
Baca Juga
Advertisement
Namun tidak bagi Antonela Tanlain, seorang guru yang berasal dari Kei, Maluku Tenggara. Setiap hari, dia harus menyeberangi sungai berair keruh untuk mendidik siswa-siswa di Kampung Er, Distrik Sawa-Erma, Kabupaten Asmat.
Antonela sebenarnya tinggal di ibu kota Distrik Sawa-Erma. Namun, karena tugasnya untuk mencerdaskan anak bangsa, dia harus menyeberangi Sungai Pomats selebar 1,5 mil setiap hari sekolah.
Bersama tiga guru lain, Kepala Sekolah TK Negeri Persiapan Er ini menggunakan perahu lesung khas Asmat yang didayung pemuda lokal bernama Elias Yakas.
Selain berpenumpang para guru, perahu kecil itu juga memuat makanan untuk 103 anak yang diajar Antonela dan rekannya. KErap kali, perahu melaju tidak seimbang selama mengarungi sungi. Terutama, ketika sungai berombak akibat pasang-surut.
"Tapi syukurlah kami tidak mengalami bencana," kata Antonela.
Sungguh sebuah pengadian tak ternilai dari guru, sang pahlawan tanpa tanda jasa.
Penulis:
John Ohoiwirin
**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6
Saksikan video menarik berikut ini: