Sukses

Irishta Tamzil, Finalis CJA yang Merajut Impian Jadi Jurnalis

Irishta Tamzil, finalis CJA-EMP Jakarta pelan-pelan merajut impiannya sebagai jurnalis menjadi kenyataan

Liputan6.com, Jakarta - Perasaan bangga tak terkira dirasakan Irishta Tamzil ketika ia diresmikan sebagai 30 finalis Jakarta pada audisi Citizen Journalist Academy – Energi Muda Pertamina. Dari kawasan Jabodetabek saja, Irish--panggilan akrabnya-- harus bersaing dengan 997 peserta lainnya. Awalnya, ia sempat merasa tidak percaya dengan pencapaian yang telah ia raih ini.

Sejak umur lima tahun, Iris memang senang melihat pembaca berita di televisi. Dari sekian banyak nama yang ada di layar kaca, dia terpukau pada sosok Rosianna Silalahi. Pembawaan Rosi yang menarik membuat Irishta menirukannya. Ia menaruh kertas-kertas putih di atas meja dan berlagak seperti jurnalis yang sedang melakoni profesinya.

Ini awal mula ketertarikannya pada dunia jurnalisme. Di usia semuda itu, ia menyadari bahwa apa yang mereka lakukan bukanlah pekerjaan yang mudah. Irishta berpikir seorang jurnalis harus memiliki bekal pengetahuan yang baik. Modal pengetahuan dan kecakapan yang dilatih terus-menerus itu yang kemudian disampaikan kepada khalayak.

Iris lalu berpikir, modal awal apa yang harus dimilki jurnalis seperti Rosi dan pembaca berita lainnya. Jawabannya saat itu adalah kemampuan berbahasa yang baik. Di bangku sekolah dasar, Irish mulai menempatkan Bahasa Indonesia sebagai mata pelajaran yang ia senangi.

Selain membaca cerita dan dongeng, ada satu tugas yang ia gemari, yaitu mengarang. Tugas mengarang membuat kesenangan Irish merangkai kata tersalurkan. Pengetahuan baru soal bahasa makin banyak ia dapatkan saat SMP dan SMA. Sejak saat itu ia mulai menulis buku harian dengan tujuan memperkaya kosakata sekaligus melatih kemampuan berbahasa.

Masa kelulusan SMA pun datang. Tibalah saatnya Irish menentukan jurusan yang tepat saat kuliah. Menjadi pramugari sempat menggoda pikirannya. Ia juga punya keinginan mempelajari arkeologi, karena tertarik dengan peninggalan sejarah. Dia sempat membayangkan akan banyak berhubungan dengan artefak, ekofak, maupun fitur. Namun, saat memikirkan dunia jurnalis, dia berpikir akan mendapatkan dua pengetahuan sekaligus, yaitu sejarah dan pengetahuan paling baru.

Ia kemudian mengambil keputusan. Dengan berbagai dasar pertimbangan, dia akhirnya mengambil keputusan bulat memilih jurnalistik sebagai ilmu yang harus ia pelajari lebih jauh.

Menjalani hari-hari sebagai mahasiswa di Fakultas Ilmu Komunikasi dengan fokus Digital Journalism, tentu membuatnya berharap banyak karena segala macam ilmu dan pengetahuan yang sudah ia peroleh. Dalam perjalanannya, Irish merasa ada yang kurang. Ia jarang mendapat tugas lapangan untuk mempraktikkan ilmu yang ia dapat di kelas, seperti reportase misalnya. Irishta pikir pengalaman di dunia nyata ini akan lebih bermanfaat saat ia berkarir sebagai jurnalis sebenarnya suatu saat nanti.

 

2 dari 2 halaman

Kesempatannya Menjadi Seorang Jurnalis

Ketidakpuasan akan kondisi tersebut membuatnya kembali mencoba untuk mengembangkan keinginan besar dengan mencari pengetahuan lain. Kegemaran membaca masih ia tekuni. Novel dan cerita pendek jadi bahan pelajaran untuk menambah kekayaan kosakata.

Suatu ketika dalam pencarian literatur, dia menemukan nama Pramoedya Ananta Toer. Pramoedya adalah salah satu penulis produktif dalam sejarah sastra Indonesia. Karyanya Tetralogi Buru yang terbagi dalam empat buku itu seketika menjadi inspirasinya. Menurutnya, tulisan Pramoedya yang membangkitkan rasa nasionalisme. Salah satu kutipan yang paling berkesan untuk Irishta yaitu, “Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”

Bukan berarti perkuliahan tidak memberikan apa-apa. Di kelas, dia telah belajar dasar menulis berita, memproduksi artikel, belajar wawancara cegat pintu, membuat liputan ringan dan menjalani proses pembuatan film pendek. Ada satu pengalaman menarik saat liputan dan wawancara cegat pintu. Dia harus menyiapkan materi dengan sebaik-baiknya dan menguasai rasa gugup saat melaporkan peristiwa saat liputan.

Gugup tidak pernah hilang walaupun hanya berbicara pada teman-teman sekelas. Kata mereka yang kawakan itu manusiawi. Pembuatan film juga tidak kalah berkesan. Irishta yang berada dalam satu kelompok harus bisa mendengar pendapat anggota kelompok lainnya. Ia dan teman-temannya harus belajar mengambil keputusan bersama. Mereka belajar memimpin dan dipimpin, juga belajar menekan ego. Hasil pekerjaan yang bagus adalah hasil kerja bersama, bukan perseorangan. Pengalaman ini kemudian mengajarkannya menjadi personal yang lebih baik saat bekerja dalam kelompok.

 

Akhirnya, semua pengalaman di perkuliahan itu baik, tapi dia belum cukup puas. Ia merasa belum mencapai titik tertinggi kreativitas. Saat ini, kesempatan mengembangkan diri dan kreativitas ada pada Citizen Journalist Academy – Energi Muda Pertamina. Dia merasa sangat beruntung diberikan kesempatan untuk memuaskan keinginan besarnya untuk belajar lebih banyak lagi untuk menjadi seorang jurnalis.

Kesempatan dimentori langsung oleh para praktisi media kawakan, tentu tidak datang berkali-kali. Dia membayangkan akan ditempa dengan tugas-tugas menantang yang mungkin ia harapkan selama ini. Ia juga tidak menampik akan ada rintangan dan hambatan. Namun, dengan semangat dan pikiran baik, dia yakin dapat mengatasinya.

Irish berharap dengan adanya Citizen Journalist Academy – Energi Muda Pertamina benar-benar dapat ia manfaatkan dengan baik. Mempelajari kembali dasar hingga pengembangan liputan yang lebih baik lagi. Pengalaman berharga ini akan menjadi pintu pertama, titik nol langkah pertama Irish untuk memulai langkah-langkah dan pencapaian besar nantinya. Ia yakin kesempatan ini akan membuatnya menjadi sosok jurnalis yang tangguh, kreatif serta mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman dan media.

Penulis:

Irishta Tamzil - Binus University

Finalis Citizen Journalist Academy- Energi Muda Pertamina Jakarta

Ikuti juga liputan dan kegiatan Finalis Citizen Journalist Academy - Energi Muda Pertamina dari 3 kota di Indonesia melalui www.liputan6.com/pages/energi-muda-pertamina. Program creative mentorship dari Redaksi Liputan6.com, Indosiar bekerjasama dengan Pertamina untuk 90 mahasiswa kreatif yang telah lolos seleksi dari ribuan pendaftar di Jabodetabek, Semarang & Balikpapan.