Liputan6.com, Jakarta Di tengah maraknya kasus pembuangan bayi dan anak, Li Lijuan wanita 43 tahun dari desa Shangquan, Provinsi Hebei, Tiongkok berusaha untuk menyelamatkan ratusan anak yang ditelantarkan oleh orangtua mereka.
Sudah 20 tahun lamanya, Li melakukan kegiatan kemanusian tersebut. Kini Li tengah berjuang untuk melawan penyakitnya setelah didiagnosa kanker pada enam tahun yang lalu.
Advertisement
Baca Juga
Hal yang Li khawatirkan jika dirinya wafat ialah kehidupan 118 anaknya. Tahun ini, ia merawat anak ke-118 di rumahnya. Kebanyakan anak-anak yang ia urus, bukan dari rahimnya sendiri melainkan ia ambil dari jalanan.
Tentunya untuk mengurus ratusan anak, Li sendiri melalui perjuangan yang berat. Tak mudah baginya untuk menjadi seorang ibu sekaligus ayah untuk 118 anaknya. Hal ini dimulai setelah Li terdorong untuk mengadopsi seorang anak yang ia temukan di jalanan saat bekerja.
Ketika itu, anak perempuan yang menyentuh hati Li, berselimutkan kotoran pada tubuhnya dan mengemis makanan pada orang-orang di jalan. Tak kuasa melihat kesulitan gadis cilik itu, Li membawa anak itu pulang ke rumahnya.
Ia kemudian memasakan makanan dan mengurusnya selayaknya anak sendiri. Mulai dari situlah, ketika ia bertemu dengan anak terlantar, Li pasti membawa pulang anak-anak itu ke rumah.
Â
Hidupnya penuh dengan lika-liku
Setelah itu, banyak anak-anak yang ditelantarkan oleh orang tua mereka selalu diantar ke rumah Li untuk mendapat perawatan. Li tak akan menolak anak yang datang kepadanya. Karena sifat Li yang baik hati, kota tempat tinggalnya sampai diubah dengan nama "Compassion Village".
Walaupun ia sakit, Li mampu menampung semuanya dengan tersenyum. Ia tetap bersikap positif dan mengatur segala kekurangan yang ia punya.Â
Li sendiri punya masa lalu yang naik dan turun. Ia menikah di usia muda dan dikaruniai seorang anak. Ia terkenal sebagai pengusaha yang mandiri dan menjual benda apapun mulai dari baju hingga dvd.
Di usia 20 tahun, tambang tempat Li menginvestasikan uangnya ternyata membuatnya kaya raya dan menjadikan sebagai seorang miliuner. Namun semua itu berubah ketika ia mengalami kecelakaan mobil.
Selain terluka parah akibat kejadian itu, suami Li juga tidak bertanggung jawab karena menggunakan uangnya untuk membeli narkoba. Bahkan setelah ia menceraikannya, suaminya tega menjual putranya.
Kehidupan Li kian menurun setelah ia menginvestasikan uangnya di sebuah tambang baru. Pada 2008, ia terpaksa harus menutup tambang tersebut. Tak hanya itu, ia juga menjual sejumlah asetnya dan menderita penyakit kanker.
Li juga harus menanggung beban berat untuk membesarkan anak-anaknya di rumah. Terlepas dari kesehatannya, Li tetap bertanggung jawab menjalankan tugasnya seperti seorang ibu.
Ia selalu tersenyum kepada putra-putrinya, mengantar mereka setiap pagi untuk berangkat sekolah. Memasak dan membersihkan rumah juga menjadi kewajibannya yang tak boleh sampai ia tinggalkan.
Kesetiaan Li terhadap anak-anaknya membuat dirinya menjadi lebih cepat tua. Rambutnya mulai memutih dan kulit wajahnya yang kasar membuat banyak orang mengira Li sebagai wanita lansia.
Baginya hal itu tak ia ambil pusing, karena pikiran wanita itu hanya terfokus untuk memberikan kasih sayang kepada putra-putrinya.
Â
Â
Advertisement
Menolak anaknya diadopsi orang lain
Untuk mengurus semuanya, Li sampai menunggak pinjaman selama bertahun-tahun. Jumlah pinjamannya sampai saat ini diperkirakan lebih dari dua juta yuan atau setara dengan empat miliar rupiah.
Hal ini semakin diperparah dengan kankernya yang semakin mematikan. Ia berjuang melawan lymphoma dan menolak untuk menghabiskan uang agar mengobati penyakitnya. Menurutnya, akan lebih baik menggunakan uang untuk kepentingan anak-anaknya.
Keadaannya yang bertambah parah, tak memungkinkan baginya untuk mengurus ratusan anak. Sejumlah orang dengan sacara sukarela dikabarkan membantu Li mengurus anak-anaknya.
Walaupun begitu, Li tetap menolak anak-anaknya untuk diadopsi karena sebelumnya mereka tak terdaftar sebagai yatim piatu. Namun tetap saja, perhatian Li yang terutama ialah mencemaskan anak-anak asuhannya.
Hal ini dikarenakan, beberapa anak yang ia urus mengalami disabilitas dan gangngguan kesehatan. Inilah yang membuat Li lebih mengkhawatirkan anak-anaknya dibandingkan kesehatannya sendiri.
Ia juga merasa resah dengan apa yang akan terjadi jika dirinya tak bisa melanjutkan untuk mengurus mereka.
Oleh karena itu, orang-orang yang terketuk hatinya mendengar cerita Li mendorong banyak orang untuk membantu mereka. Sejumlah donasi kini digalangkan untuk Li dan anak-anaknya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah ini:
Â