Liputan6.com, Jakarta - Tidak ada orang yang ingin terlahir sakit, semua berharap akan hidup sehat hingga akhir hayat. Karena itu, banyak orang yang memulai pola hidup sehat sejak dini. Meski sudah memulai hidup sehat, masih ada saja penyakit yang terus menghampiri. Bahkan di antaranya mengalami penyakit yang tidak bisa diobati atau belum ditemukan cara untuk menyembuhkannya.
Baca Juga
Advertisement
Tidak sedikit orang yang memiliki riwayat penyakit yang tak dapat diobati. Hal ini membuat orang tersebut tidak berani berkembang dan malu dengan keadaan sekitar. Meski begitu, tetap saja ada orang yang tidak malu dengan kondisi yang di alaminya.
Seperti wanita asal Minnesota ini. Meski mengidap penyakit langka, dia terus berusaha mewujudkan mimpinya dan tetap unjuk gigi di depan umum.Â
Â
Alami Sindrom Ehlers-Danlos Dermatosparaxis
Sara Geurts (26) menderita sindrom Ehlers-Danlos Dermatosparaxis. Ehlers-Danlos Dermatosparaxis (EDS) adalah kondisi yang membuat penderitanya mengalami penuaan dini.
Meskipun baru berusia 26 tahun, kondisi ini membuat Sara terlihat layaknya wanita berumur 60 tahun. Kondisi langka ini hanya mempengaruhi 1 dari 5.000 orang di seluruh dunia.Â
Keanehan ini mulai dirasakan ketika usianya menginjak 7 tahun. Dia kemudian didiagnosis mengidap penyakit langka ini pada usia 10 tahun. Tidak hanya bentuk kulit yang berubah, dia juga mulai merasakan sakit di beberapa persendian, sehingga mengharuskannya untuk terapi fisik, pijat dan sebagainya.
Ketika dia beranjak remaja, dia mulai merasa malu. Sara mengaku dirinya sangat berbeda dengan gadis-gadis lain yang tumbuh menjadi remaja yang cantik.
Namun, perlahan dirinya mulai mendapatkan dukungan dari orang-orang di sekitar untuk tidak malu dan menyerah pada keadaannya.Â
Â
Advertisement
Percaya Diri Jadi Kunci Sukses
Berkat dukungan tersebut, Sara akhirnya bisa eksis dan mencoba peruntungan di dunia modeling. Karena bermimpi menjadi model, membuatnya terus berusaha meski dia sudah terlihat tua. Berkat keberaniannya unjuk gigi di hadapan publik, Sara berhasil menjadi seorang model di usia muda.
"Setelah evaluasi diri, saya menyadari bahwa saya harus percaya diri, jika saya tidak percaya diri, saya hidup di dalam ketidaknyamanan," kata Sara.
Dia mengaku bahwa dengan tak percaya diri bisa memicu pola pikir yang buruk dan bisa membuat stres. Yang dibutuhkan yaitu mencintai diri dan membuat nyaman diri sendiri.
"Kepercayaan juga mempengaruhi hubungan sosial dan pribadi saya. Saya mengamati bahwa membenci bagian-bagian tertentu dari tubuh saya akan memicu pola pikir yang tidak sehat," lanjut model ini.
Dirinya berharap bisa menginspirasi orang lain dan membuat mereka mencintai diri mereka sendiri dan menjadikan ketidaksempurnaan sebagai sebuah kesempurnaan yang patut ditunjukkan kepada dunia.