Liputan6.com, Jakarta Generasi milenial dikenal sebagai generasi yang dinamis. Terbagi antara kalangan tahun kelahiran 80'an dan 90'an, generasi ini punya peluang yang besar sebagai target audiens yang besar dan menguntungkan.
Terkenal dengan kebiasaan konsumtif dan kerap mengutamakan pengeluaran, sejumlah pelaku usaha perlu memutar otak agar produk mereka menarik kalangan tersebut.
Advertisement
Baca Juga
Oleh karena itu, Artpreneur Talk 2018 menghadirkan dua pembicara ahli yakni Devi Attamimi, Direktur Eksekutif Strategi Hakuhodo Network Indonesia dan Aoura Lovenson Chandra, Founder dan CEO Famous.ID Network.
Dalam sesi topik yang membahas tentang milenial, keduanya memberikan pendekatan mulai dari konten apa yang tepat untuk terhubung dengan milenial serta apa karakteristik dari milenial yang perlu dicermati.
"Banyak orang yang merasa tidak sukses menangkap kaum milenial karena ketika kamu melihat kaum milenial, kamu hanya melihat mereka seperti seorang konsumer," ujar Devi Attamimi.
Menurutnya, untuk menyentuh target audiens kita perlu memahami terlebih dahulu bagaimana perilaku dari target audiens generasi milenial. Di generasi milenial sendiri sebenarnya ada gap dan perbedaan antara tahun kelahiran 80an dan 90an.
Pengalaman masa lalu yang berbeda serta penggunaan media sosial dan kehidupan digital merupakan dua perbedaan yang perlu dicermati oleh para pelaku bisnis. Devi menjelaskan karakterisik dari kaum milenial di generasi 90an biasanya mereka lebih terbuka dalam mengekspresikan pengalaman mereka.
Oleh karena itu tak jarang, jika mereka mereka lebih percaya mentah-mentah terhadap suatu produk. Untuk itu biasanya review dari produk yang akan mereka konsumsi kerap mereka cari tahu terlebih dahulu.
Sebelum digunakan atau setelah digunakan pun, mereka juga biasa membagikan pengalaman mereka kepada teman-teman. Itulah mengapa generasi milenial bisa dianggap penting dalam peluang usaha karena mereka punya potensi yang kuat untuk memengaruhi satu sama lain.Â
Â
Â
Memahami konten yang tepat untuk generasi milenial
Sepemikiran dengan Devi, Chandra juga mengungkapkan cara untuk menggaet kalangan milenial tak harus menggunakan cara seperti menjejali mereka dengan banyak iklan.Â
Konten bisa digunakan sebagai cara jitu untuk menjual produk namun perlu dikemas secara yang menarik dan menghibur kepada audiens. Apalagi para kaum milenial suka sekali konten-konten ringan yang menghibur misalanya saja seperti sebuah video ataupun tutorial yang sifatnya menarik.
Itulah alasan mengapa para pelaku usaha atau pembuat konten perlu memahami siapa audiensnya dengan jelas serta spesifik.
Untuk membuat konten yang bagus, Chandra memberikan sejumlah tips. "Pertama apakah konten yang kita hasilkan memberikan nilai terhadap audiens?" katanya.
Nilai yang dihasilkan meliputi nilai intelektual, memberikan aspirasi, menumbuhkan nilai emosional, dan sosial serta menghadirkan nilai hiburan.
Ketika kelima nilai itu ada dalam konten untuk menjual produk, kamu juga perlu mempertanyakan apakah konten yang dihasilkan menimbulkan rasa penasaran dan layak untuk disaksikan untuk para audiens khususnya target milenial.
Advertisement