Sukses

Kisah Pilu Gadis Pemikul Semen, Banting Tulang demi Bahagiakan Orangtua

Bukan pekerjaan yang ringan, sesekali gadis semen ini menangis karena sedih mengingat ia harus mengais rezeki untuk orangtuanya.

Liputan6.com, Jakarta - Selain menjadi ibu rumah tangga, sebagaimana kewajiban kaum hawa kelak, wanita juga bisa menjadi pekerja saat di luar rumah. Bahkan, kini pekerjaan berat yang biasa dilakukan pria juga bisa berlaku bagi para wanita.

 

Hal tersebut pun dirasakan seorang gadis dari Tiongkok. Dia memilih untuk bekerja sebagai pengangkat sak semen. Wajahnya mungkin sudah tak asing lagi bagi masyarakat dunia, karena baru-baru ini kisahnya viral di dunia maya. Siapa dia?

Dilansir dari Good Times, foto dirinya sempat menarik perhatian dunia. Ketika dia tengah bekerja sebagai tukang angkat semen, tentu membuat rambut dan tubuhnya dipenuhi debu.

 

Bukan tanpa alasan, jika ia mempunyai pilihan, dia pasti ingin fokus untuk mengejar pendidikannya ketimbang kerja banting tulang seperti ini. Pilu, mungkin itulah yang ia rasakan. Bagaimana tidak, lihat saja sak semen yang sangat berat itu ia pikul sendirian.

2 dari 2 halaman

Kerja Keras demi Pendidikan

Gadis ini bekerja keras lantaran orang tuanya sudah tua dan tak sanggup untuk mencari rezeki. Di sini ia menggantikan peran orangtuanya sebagai tulang punggung keluarga, mencari uang untuk makan dan sekolahnya.

Gadis ini lahir ketika ibunya sudah berusia 40 tahun. Maka tak heran, saat dia beranjak dewasa, ibunya sudah sangat tua. Kondisi tersebut yang membuatnya tak ingin membebankan orangtuanya dan dia memutuskan untuk meneruskan pekerjaan ibunya sebagai pengangkat sak semen.

Meski dengan pekerjaan yang sangat berat, ia tetap ingin sekolah dan kuliah demi membanggakan kedua orangtuanya. Semangatnya tak pernah putus, kuliah tetap menjadi pilihannya untuk terus maju, jadi ia bekerja pada saat kuliahnya sedang libur.

Namun, di saat lelah bekerja, terkadang gadis pengangkat semen ini merasa sedih, air matanya pun seketika berlinang dan membasahi kedua pipinya yang tertutup debu semen.  Seolah tak ingin terlihat kedua orangtuanya, ia hanya bisa menangis seorang diri.

Kesedihan yang terlihat di wajahnya adalah wujud kasih sayang. Baginya keluarga adalah nomor satu, sehingga ia rela banting tulang dan bekerja serta ingin memperbaiki kehidupan keluarga dengan tetap bersekolah.

**Sumber: Bintang.com

**Jadilah bagian dari Forum Liputan6.com dengan mengirimkan artikel viral dan terkini melalui email: Forum@liputan6.comÂ