Sukses

Dokter Klaim Remaja Bertelur Tak Masuk Akal, Ada Faktor Kesengajaan

Tiga tahun lalu itu memang anusnya ada robekan, tapi bukan saya yang melihatnya, teman sejawat saya yang lebih senior. Itu sudah menjadi data buat kami bahwa ini ada unsur kesengajaan.

Liputan6.com, Sulawesi Selatan - Kembali viralnya kasus remaja bertelur membuat banyak pertanyaan hingga banyak yang menganggap tak masul akal. Akmal, remaja bertelur asal Desa Mangempang, Kecamatan Sapaya, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, tersebut sepertinya perlu diselidiki lebih dalam lagi.

Seperti yang dikatakan dr Ratnah Hafid, dokter spesialis anak yang menangani Akmal, dalam disiplin ilmu kedokteran kejadian tersebut tidak mungkin terjadi.

Tiga tahun lalu itu memang anusnya ada robekan, tapi bukan saya yang melihatnya, teman sejawat saya yang lebih senior. Itu sudah menjadi data buat kami bahwa ini ada unsur kesengajaan," kata dr Ratnah, pada Senin, 19 Februari 2018.

 

2 dari 3 halaman

Telur Berada di Bagian Rektum Usus Besar

Begitu hasil rontgen keluar dan dapat dilihat bahwa posisi telur berada di usus besar, tepatnya di bagian rektum, di mana di bagian ini telur-telur tersebut tak mungkin bisa bertahan lama. Dan karena diposisi itulah remaja bertelur ini harus menahan sakit yang luar biasa.

"Rektum itu saluran usus besar tempat penampungan tinja sebelum keluar, iya di situ," jelasnya.

"Ini cukup lama karena dia bertahan dari jam satu malam sampai jam 11 siang, 10 jam dia bertahan ya, pasti sakit. Akmal ini anak cukup kuat menahan. Saya kasihan," ucapnya iba.

Ratnah menjelaskan bahwa kejadian yang dialami Akmal itu dalam istilah kedokteran disebut corpus alenium, atau fenomena benda asing yang masuk ke dalam tubuh manusia. 

3 dari 3 halaman

Siapa yang Memasukkan Telur?

Persoalannya, kata dia, adalah siapa yang memasukkan telur itu ke dalam tubuh Akmal. Ada dua dugaan yang menyebabkan hal itu terjadi.

Yang pertama ada orang lain yang memasukkannya, lalu yang kedua adalah Akmal sendiri yang memasukkannya.

"Kalau dia yang melakukan sendiri berarti dia butuh perhatian, dan itu dokter ahli jiwa yang akan tangani," kata Ratnah.

Apabila dilakukan oleh orang lain yang lebih dewasa, hal itu bisa dianggap sebagai penganiayaan. Si pelaku harus dihukum sesuai aturan yang berlaku.

"Ini anak harus dilindungi, jangan sampai berulang lagi untuk yang ketiga kalinya. Kasian ini anak, ngeri," ucap Ratnah.

Dugaan ada orang lain yang melakukannya itu diperkuat oleh keterangan dokter yang sebelumnya menangani Akmal. Menurut dokter tersebut, saat remaja bertelur ini diisolasi, Akmal yang berusia 15 tahun itu tidak lagi bertelur.

"Terakhir yang saya dengar bahwa setelah diisolasi, disendirikan dan tidak dikasih kontak dengan orang lain, ternyata keluhannya tidak ada lagi. Akhirnya seminggu dipulangkan dan akhirnya kembali sekarang," ucapnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Â