Sukses

Fenomena Langka, Ini Wilayah Indonesia yang Alami Hari Tanpa Bayangan

Hari tanpa bayangan, merupakan fenomena langka yang terjadi pada negara kawasan tropis termasuk Indonesia. Fenomena ini muncul karena matahari melintang tepat di atas garis khatulistiwa

Liputan6.com, Jakarta - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) menyebutkan bahwa Indonesia pada Rabu (21/3/2018), mengalami fenomena langka yakni, hari tanpa bayangan. Hal ini dapat terjadi karena matahari tepat berada di atas garis khatulistiwa.

Diketahui fenomena alam ini akan terjadi pada jam 12 siang, dimana matahari berada di atas kepala kita. Objek yang berdiri tegak pada equator atau garis khatulistiwa dapat dipastikan akan mengalami tak muncul bayangan.

Menurut Kepala Bagian Hubungan Masyarakat LAPAN, Jasyanto, hari tanpa bayangan terjadi karena bumi beredar mengelilingi Matahari pada jarak 150 juta kilometer dengan periode sekitar 365 hari.

"Garis edar Bumi berbentuk agak lonjong, sehingga Bumi kadang bergerak lebih cepat dan kadang bergerak lebih lambat," bedasarkan laporan tertulisnya. Jayanto juga menjelaskan bahwa perubahan posisi matahari itu menyebabkan perubahan musim di sejumlah benua.

Para astronom dan ilmwuan menyebutkan bahwa equinoks yang terjadi pada bulan Maret ini merupakan pertanda munculnya musim panas pada negara di belahan utara bumi dan musim dingin di bagian selatan. Indonesia juga turut mengalami perubahan musim kering-basah akibat hari tanpa bayangan ini.

2 dari 2 halaman

Terjadi dua kali dalam setahun

Uniknya, fenomena ini hanya terjadi di daerah yang berada di garis equator saja. Walau begitu, fenomena ini tak hanya terjadi di Pontianak yang terkenal dilalui oleh garis khatulistiwa dengan garis lintang 0°.

Menurut LAPAN, daerah lain yang akan mengalami hari tanpa bayangan meliputi Bonjol, Bontang, Riau, Parigi Moutong, Kepulauan Kayoa, Amberi, Gebe, dsb. Daerah tersebut dapat mengalami hari tanpa bayangan karena dekat dengan equator.

Meskipun unik, ada juga dampak yang timbulkan dari fenomena alam ini. Di Indonesia, Matahari akan memberikan suhu yang lebih terik pada siang hari. Kemudian lapisan ionosfer yang terkenal membantu memantulkan gelombang-gelombang radio telekomunikasi, dapat terhambat.

Sehingga ada kemungkinan besar gangguan komunikasi radio dapat terjadi. Tetapi, tidak membuat sinyal pada alat komunikasi kita benar-benar hilang. Fenomena langka ini biasanya terjadi selama dua kali dalam setahun pada 21 Maret dan 23 September.

Saksikan Video Pilihan di Bawah ini:

Â