Sukses

Sering Jatuh Cinta dengan Orang yang Salah? Begini Penjelasan Psikolog

Ketika seseorang jatuh cinta pada orang yang salah, itu tidak terjadi hanya sekali. Kegagalan dalam bercinta kemudian menjadi hal yang biasa.

Liputan6.com, Jakarta - Gagal dalam percintaan, Anda tentu pernah merasakannya. Padahal, tiap orang pasti mendambakan kebahagiaan dan hubungan yang awet dalam percintaan mereka.

Ada banyak faktor yang menyebabkan gagalnya sebuah hubungan. Namun uniknya, ketika seseorang jatuh cinta pada orang yang salah, itu tidak terjadi hanya sekali. Kegagalan dalam bercinta kemudian menjadi hal yang biasa.

Lalu, mengapa kita seolah tak kapok mencintai orang yang salah? Sebuah teori menarik dari Sigmund Freud, dan diamini psikolog modern, menjawab pertanyaan tersebut.

Sejumlah penelitian menunjukkan manusia normalnya tertarik pada sesuatu yang familier. Ini juga berlaku dalam urusan asmara. Paparan berulang terhadap suatu karakteristik dalam diri seseorang yang membangkitkan perasaan familier, membuat ketertarikan terhadap orang itu makin besar.

Yang menyedihkan, bahkan saat kepribadian atau perilaku yang buruk menjadi sumber kesedihan dalam hubungan asmara, alam bawah sadar justru menciptakan "kenyamanan semu" atas hal tersebut.

Ambil contoh, bila Anda dibesarkan oleh seorang pencandu alkohol, Anda akan cenderung tertarik pada pria yang suka minum alkohol. Hal tersebut terjadi bukan karena Anda menganggapnya menarik, melainkan karena alam bawah sadar menganggap hal tersebut sudah tak asing lagi.

 

2 dari 2 halaman

Selanjutnya

Dalam teori Freud, hal ini disebut sebagai repetition compulsion. Orang-orang yang memiliki hubungan kurang memuaskan dengan orangtua di masa kecil, tanpa sadar mencoba membangkitkan kembali situasi menyakitkan tersebut saat mereka dewasa. Mereka pun kemudian terjebak dalam hubungan destruktif berkali-kali.

Menurut Mark Banschick M.D., psikolog dan perintis The Intelligent Divorce Course, ini menjadi penyebab banyak orang sulit keluar dari rumah tangga atau hubungan asmara yang penuh konflik. Kondisi ini makin rumit saat seseorang memasuki hubungan yang bahkan gagal sebelum dimulai.

Deborah Ward, penulis buku Overcoming Low Self-Esteem with Mindfulnees, menyebut di posisi tersebut, seseorang mulai memasuki "medan keintiman". Tak peduli seberapa rasional dan hebat seseorang dalam mempersiapkan diri, semua akan berubah drastis begitu berkenalan dengan keintiman, baik fisik atau emosional.

Lalu, apa yang harus dilakukan untuk mencegah hal tersebut? Anda harus menyadari dulu adanya masalah di masa kecil yang belum dituntaskan tadi. Dengan melakukan introspeksi lebih mendalam, dibarengi perbaikan rasa percaya diri, pada akhirnya Anda mampu berkata tidak pada mereka yang mendekati Anda tapi memiliki tabiat buruk.

Reporter: Tantri Setyorini

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini: