Sukses

Retnaningtyas, Anak Satpam UGM Raih Gelar Doktor

Kondisi perekonomian keluarga yang serba kekurangan, tidak lantas membuat Retnaningtyas mengubur impiannya untuk bersekolah tinggi

Liputan6.com, Jakarta Mengenakan seragam satpam lengkap dengan sepatu bot kebanggaannya, Teguh Tuparman berjalan tegap dan gagah menuju gedung Graha Sabha Pramana dengan menggandeng istri serta anak-anaknya. Hari itu adalah hari yang penuh sukacita baginya karena ia berkesempatan untuk menyaksikan putri sulungnya di wisuda yang lulus dari UGM dengan menyandang gelar doktor.

Dilansir dari ugm.ac.id, Retnaningtyas Susanti lahir 33 tahun yang lalu, pada tahun yang sama di saat Teguh mulai bekerja di UGM. Ia bergabung dengan satuan keamanan UGM yang kini bernama Pusat Keamanan Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (PK4L). Baginya, dua momen penting dalam hidupnya yang terjadi hampir bersamaan ini bukanlah suatu kebetulan.

2 dari 4 halaman

Merupakan Impian sang Ayah yang Terwujud

Ekspresi kebahagiaan tak lepas dari wajah sang ayah ketika ia menceritakan perjalanan anaknya hingga berhasil menyelesaikan jenjang pendidikan tinggi di kampus UGM. Ia masih mengingat saat-saat sering membawa Tyas kecil ke tempat kerjanya, dan mengajaknya ikut berpatroli pada akhir pekan. Sembari mengintari fakultas demi fakultas yang ada, terbersit keinginan dalam hatinya untuk suatu hari melihat anaknya bisa berkuliah di salah satu gedung yang setiap hari ia lewati.

“Kan saya kerja di tempatnya orang-orang pintar, jadi saya ingin juga anak saya nanti bisa jadi seperti orang-orang dini,” ungkap Teguh.

Berbekal impian tersebut, Teguh dengan mantap mendukung anaknya yang ingin melanjutkan studi di Prodi Antropologi UGM selepas menyelesaikan pendidikan di SMA, meski bukan hal yang mudah baginya untuk mengumpulkan biaya kuliah di samping memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya dengan gajinya yang terbatas.

3 dari 4 halaman

Dukungan Keluarga dan Tekad Kuat, Membuat Tyas Sukses

Dukungan penuh dari orang tua dan tekad pribadi membawa Tyas menyelesaikan jenjang S1. Selepas lulus ia sempat bekerja sebagai peneliti di Pusat Studi Kebijakan dan Kependudukan (PSKK) UGM. Dua tahun setelah ia lulus dengan gelar sarjana, ia memutuskan untuk kembali melanjutkan studinya di jenjang S2. Tetapi kedua orang tuanya bimbang karena tidak memiliki biaya.

“Waktu saya kuliah S1 Bapak dukung penuh. Meski awalnya saya tidak yakin bisa kuliah, Bapak yakinkan bahwa saya bisa kuliah. Tapi waktu saya mau S2 Bapak tidak bisa membiayai lagi karena adik-adik saya juga masih sekolah semua,” tutur Tyas.

Berbagai pekerjaan sampingan ia tekuni, demi membiayai kuliahnya sendiri. Segala kerja keras yang ia lalui pun membuahkan hasil. Tahun 2011, ia berhasil membawa pulang gelar master di bidang pariwisata, gelar yang membuka jalan baginya untuk memulai profesi dosen di Universitas Andalas Padang. Pada tahun 2013, ia pun kembali lagi ke Jogja untuk studi S3 dengan beasiswa BPPDN Dikti.

4 dari 4 halaman

Tidak Ada yang Tidak Mungkin Selama Memiliki Niat Tulus

Bagi Tyas, perjalanan penjang yang ia lalui membuatnya tersadar bahwa tidak ada kata tidak mungkin bagi orang yang memiliki niat tulus dan kesungguhan untuk menimba ilmu. Bagi adik-adiknya yang masih duduk di bangku kuliah, juga orang lain yang membaca kisahnya, Tyas menitipkan pesan untuk terus berjuang mendapat pendidikan yang terbaik karena ada berbagai jalan yang dapat ditempuh.

Usai melihat anaknya diwisuda untuk ketiga kalinya, tidak ada lagi hal yang Teguh harapkan dari putrinya ini. Namun bagi Tyas, keberhasilannya meraih gelar doktor justru menambah satu impiannya bagi orang tua tercinta.

 

Penulis:

Ghina Kamilia Nadhifah

Universitas Budi Luhur

Jadilah bagian dari Komunitas Sahabat Liputan6.com dengan berbagi informasi & berita terkini melalui e-mail: SahabatLiputan6@gmail.com serta follow official Instagram @sahabatliputan6 untuk update informasi kegiatan-kegiatan offline kami.

Video Terkini