Sukses

5 Tips Move On Setelah Nyoblos di Pilkada Serentak 2018

Institut Media Sosial dan Diplomasi mengapresiasi tim media sosial para kandidat peserta Pilkada 2018.

Liputan6.com, Jakarta - Pilkada serentak dilaksanakan di 17 provinsi, 39 kota, dan 115 kabupaten pada 27 Juni 2018. Pilkada kali ini menjadi yang terbesar dalam sejarah Indonesia karena diikuti 512 pasangan calon dengan tim media sosialnya masing-masing.

Hariqo Wibawa Satria dari Institut Media Sosial dan Diplomasi (Komunikonten) mengapresiasi 512 tim media sossial (medsos) para kandidat. Itu karena, adanya pengurangan signifikan penyebaran kampanye hitam, fitnah, hoax, dan penyalahgunaan isu SARA

"Kesadaran timses dan warga meningkat bahwa hoax bisa memecah hubungan keluarga bahkan NKRI, ini patut kita apresiasi," katanya, 26 Juni 2018.

Hariqo pun pun memberikan 5 tips untuk move on setelah pilkada serentak. Pertama, Saling mengucapkan selamat dan terima kasih di darat dan media. Baik oleh pemenang maupun kandidat yang kalah. Kewajiban ini menyejukkan suasana batin serta membantu orang lain untuk ikut move on.

Kedua, mengadakan evaluasi total yang bertujuan mendapatkan ilmu dan hikmah setelah kekalahan atau kemenangan. Langkah ini, juga membuat publik tidak lagi bertanya-tanya dalam hati terkait penyebab menang dan kalah dalam pilkada serentak.

"Adakan juga pertemuan antar tim media sosial, baik yang menang atau yang kalah, karena mereka aset daerah," sebutnya.

*Pantau hasil hitung cepat atau Quick Count Pilkada 2018 untuk wilayah Jabar, Jateng, Jatim, Sumut, Bali dan Sulsel. Ikuti juga Live Streaming Pilkada Serentak 9 Jam Nonstop hanya di Liputan6.com.

 

 

2 dari 2 halaman

Ikuti Aturan Hukum

Untuk langkah ketiga yakni menempuh aturan hukum jika menemukan indikasi kecurangan. Lalu keempat, jadilah oposisi yang disegani jika memang memilih menjadi oposisi.

"Oposisi yang paling disegani adalah oposisi yang mengkritik dengan data yang benar dan argumen yang keren. Mengkritik dengan hoax, fitnah justru merugikan reputasi anda, karena hoax, fitnah pasti terbongkar," katanya.

Terakhir, Hariqo menyarankan, publik harus menghormati masa bakti kandidat yang terpilih lewat pemilu, yaitu lima tahun masa jabatan.

Dia menjelaskan, kandidat yang menang akan berkuasa dan yang kalah jadi oposisi. Untuk itu, agar demokrasi Indonesia makin keren, baik penguasa maupun oposisi tidak boleh memproduksi dan menyebarkan hoax, ujaran kebencian, fitnah, kampanye hitam serta melakukan penyalahgunaan isu SARA.

"Besar harapan kita setelah bertanding di pilkada serentak, seluruh tim media sosial kandidat bersanding, bergotong royong mempromosikan daerah-daerahnya masing-masing untuk kemajuan NKRI, tutupnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini: