Liputan6.com, Jakarta - Menjadi pramugari/pramugara termasuk pekerjaan yang sulit. Selain memiliki tekanan psikologis karena harus berurusan dengan pelanggan yang terkadang memiliki perilaku buruk, anggota kru penerbangan juga menghadapi banyak bahaya fisiologis dalam bentuk gangguan ritme sikardian, menghirup udara daur ulang berkualitas buruk di pesawat, serta paparan radiasi karena menghabiskan banyak waktu di atas atmosfer.
Baca Juga
Advertisement
Para ilmuwan medis telah mengetahui potensi risiko kesehatan dari karier ini, namun hanya segelintir studi yang terfokus pada masalah tersebut. Terutama studi yang membahas perihal kanker.
Namun, penelitian terbaru oleh Harvard TH Chan School of Public Health telah menghapus ketidakpastian tersebut. Penelitian terbaru mereka menemukan bahwa awak pesawat terbang memiliki tingkat kanker yang lebih tinggi dari orang lainnya.
"Laporkan kami mendapatkan tingkat yang lebih tinggi di antara awak kabin yang kami periksa ketimbang umumnya," tulis tim tersebut dalam jurnal Enviromental Healt seperti dilansir dari Iflscience.com, "ini termasuk kanker payudara, rahim, leher rahim, gastrointestinal, tiroid, melanoma, dan non-melanoma."
Â
Selanjutnya
Proyek tersebut disebut Harvard Attendant Health Study (FAHS). Mereka mengumpulkan data medis dari 5.366 pramugari pada tahun 2017. Studi ini menggunakan informasi dari survei 2014-2015 dan membandingkannya dengan hasil kesehatan dari 2.729 kontrol. Subyek yang diteliti juga dicocokkan dengan status sosial ekonomi.
Di antara anggota kru wanita, tingkat kanker payudara sebanyak 3,4 persen pada awak pesawat sementara 2,3 persen pada populasi umum; kanker uterus 0,15 vs 0,13; kanker serviks 1,0 vs 0,70; kanker gastrointestinal 0,47 vs 0,27; dan kanker tiroid 0,67 vs 0,56. Sementara pada pramugari laki-laki, tim peneliti menemukan tingkat kanker melanoma yang lebih tinggi 1,2 vs 0,69 persen; dan kanker kulit non-melanoma 3,2 vs 2,9 persen.
"Studi kami adalah salah satu studi kanker paling besar dan paling komprehensif di antara awak kabin hingga saat ini dan kami memetakan berbagai macam kanker," kata Dr Irina Mordukhovich dalam sebuah pernyataan.
"Ini mengejutkan mengingat rendahnya tingkat kelebihan berat badan dan merokok dari kelompok pekerjaan ini."
Tentu saja, penelitian ini hanya mampu melaporkan korelasi, bukan sebab-akibat dan tim peneliti mengakui ada perbedaan demografis. Namun ini cukup membuka mata kita bahwa pekerjaan ini lebih berisiko dari yang kita bayangkan.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Advertisement