Liputan6.com, Jakarta - Thomson Reuters Foundation baru saja merilis laporan negara-negara paling berbahaya bagi wanita versi terbaru. Daftar ini disusun dengan meminta pendapat dari 548 ahli tentang isu-isu perempuan dari Maret hingga Mei 2018.
Baca Juga
Advertisement
Para ahli tersebut tersebar merata di seluruh dunia dari Eropa, Afrika, Amerika, Asia Tenggara, Asia Selatan, Pasifik. Pertanyaan-pertanyaan termasuk meminta mereka memilih 5 teratas dari 193 negara di dunia yang menurut mereka paling berbahaya bagi perempuan.
Ini dilakukan dalam sejumlah kategori, termasuk diskriminasi dan tradisi budaya. Mereka juga diminta untuk memilih peringkat 5 besar berdasarkan yang terburuk dari segi perawatan kesehatan, kekerasan seksual, dan pelecehan, perdagangan manusia, kekerasan non-seksual, dan sumber daya ekonomi.
Berikut 10 negara tersebut diurutkan dari yang paling buruk.
- India
- Afghanistan
- Suriah
- Somalia
- Arab Saudi
- Pakistan
- Republik Demokratik Kongo
- Yaman
- Nigeria
- Amerika Serikat
Â
Alasannya
India berada di peringkat teratas sebagai negara terburuk dalam hal kekerasan seksual, perdagangan manusia, kerja paksa, perkawinan paksa, dan perbudakan seksual. Negara ini juga digolongkan sebagai yang paling berbahaya bagi praktik budaya dan tradisional, termasuk mutilasi genital perempuan.
Kejahatan terhadap perempuan di India meningkat 83 persen antara 2007-2016 dengan 4 kasus perkosaan dilaporkan tiap jam.
"India telah menunjukkan pengabaian dan penghinaan terhadap perempuan, pemerkosaan, perkosaan dalam rumah tangga, kekerasan seksual dan pelecehan. Pembunuhan bayi perempuan juga tak terhentikan di negara itu," ungkap Manjunath Gangadhara, pejabat di pemerintah negara bagian Karnataka, India seperti dilansir dari Reuters.
Survei ini merupakan tindak lanjut dari yang dilakukan pada tahun 2011, di mana waktu itu yang menjadi 5 besar yakni Afghanistan, Republik Demokratik Kongo, Pakistan, India, dan Somalia. Survei terbaru menunjukkan perubahan dari 7 tahun yang lalu.
Amerika Serikat masuk ke daftar tersebut setelah kampanye #MeToo yang menjadi viral pada tahun lalu.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Advertisement