Sukses

8 Kota Mati Paling Menyeramkan di Dunia, Ada di Indonesia?

Karena sejumlah alasan para penduuk di kota ini pindah ke wilayah baru dan menjadi kat kota asli mereka menjadi kota mati yang mencekam.

Liputan6.com, Jakarta - Penduduk memang paling penting dalam sebuah kota dan negara. Namun, bagaimana jadinya kalau ada sejumlah kota di dunia yang justru kehilangan penduduknya. Ya, tentunya wilayah tersebut akan menjadi kota mati.

Memang selalu ada alasan mengapa para penduduk lari dari kota tersebut. Biasanya melibatkan kemanan dan keselamatan para penduduknya hingga mereka memilih melarikan diri.

Dikutip dari berbagai sumber, berikut merupakan sejumlah kota yang menjadi kota mati karena ditinggal penduduknya.

1. Wittenoom, Australia

Wittenoom, sebuah kota kecil di Australia, harus ditinggalkan penghuninya. Pemerintah menutup kota ini karena warganya sakit-sakitan yang disebabkan imbas udara yang kotor.

Padahal Wittenoom pernah terkenal dengan tambang asbesnya. Dan kota ini adalah satu-satunya pemasok asbes biru di negara Australia selama kurun waktu dari tahun 1950-an sampai 1960-an.

2 dari 8 halaman

2. Pripyat, Ukraina

Pripyat adalah kota hantu di dekat pembangkit listrik tenaga nuklir Chernobyl di Oblast Kiev, utara Ukraina, dekat perbatasan Belarus. Kota ini dibangun pada tahun 1970 untuk para pegawai pembangkit listrik tenaga nuklir Chernobyl beserta keluarganya. Kota ini dinamai seperti sungai yang mengalir di dekatnya. Namun, kota ini hanya sempat dihuni selama 16 tahun.

Setelah ledakan 4 reaktor nuklir pada 26 April 1986, 45.000 penduduk Pripyat diungsikan untuk menghindari efek partikel radioaktif. Bencana Chernobyl adalah kecelakaan reaktor nuklir terburuk dalam sejarah. Sejak itu Pripyat menjadi kota mati.

3 dari 8 halaman

3. Centralia, Pennsylvania - AS

Centralia adalah sebuah kota mati di Columbia County, Pennsylvania, Amerika Serikat. Populasinya turun drastis dari 2.761 warga pada tahun 1980 hingga 10 orang di tahun 2010. Penyebabnya adalah kebakaran tambang batubara yang terjadi pada tahun 1962.

Di bawah tanah Centralia terdapat api dari tambang batubara yang sudah lama terus menyala hingga sekarang sejak tahun 1962. Awalnya, penduduk kota ini tidak mau pindah karena mengira hal ini bukanlah sesuatu bahaya.

Dua tambang batubara dibuka di Centralia pada tahun 1856 dan menjadikan kota itu tumbuh pesat. Sejak terjadi kebakaran dahsyat di tambang, penududuk Centralia diungsikan ke tempat lain. Sampai sekarang tempat ini masih terlarang untuk dimasuki, karena hingga saat ini api yang melalap tambang tersebut masih berkobar di bawah tanah.

Akhirnya, kota ini jadi kota mati yang hanya menyisakan beberapa orang dan sebuah bangunan gereja yang masih melanjutkan pelayanannya.

4 dari 8 halaman

4. Bodie, California - AS

Kota Bodie di California pernah terkenal karena tambang emasnya ada tahun 1859. Saat itu, kota Bodie di California ini mempunyai 8.500 penduduk dengan lebih 2.000 bangunan.

Tapi pada 1881, tambang emas di kota ini mulai menipis, ditambah lagi ada kebakaran yang terjadi pada tahun 1932 yang menghanguskan hampir semua bangunan di kota ini. Tak lama setelahnya, kota ini mulai ditinggalkan secara besar-besaran.

5 dari 8 halaman

5. Oradour-sur-Glane, Prancis

Desa di Haute-Vienne, Nouvelle-Aquitaine, Prancis ini hancur ketika terjadi pembantaian massal pada tanggal 10 Juni 1944. 642 Penduduk Oradour-sur-Glane dibantai dengan sadis oleh pasukan Waffen-SS milik Nazi Jerman. Di antara para korban termasuk 247 wanita dan 205 anak-anak. Hanya satu orang penduduk yang berhasil selamat dari serangan maut tersebut.

Menurut Adolf Diekmann, komandan yang memerintahkan pembantaian, tindakan tersebut dilakukan sebagai aksi balas dendam atas pemberontakan di Tulle, daerah tetangga Oradour-sur-Glane dan penculikan perwira Nazi, Helmut Kmpfe.

Atas perintah Charles de Gaulle, presiden Prancis, situs pembantaian Oradour-sur-Glane diabadikan sebagai memorial Perang Dunia II. Museum Centre de la mmoire d'Oradour dibangun di sebelahnya. Sementara sebuah pemukiman baru didirikan di dekatnya.

6 dari 8 halaman

6. Craco, Italia

Craco adalah kota abad pertengahan yang terletak di Daerah Basilicata, Provinsi Matera, sekitar 25 kilometer dari daratan Teluk Taranto. Tadinya kota ini dihuni lebih dari 2.000 orang. Namun, tampaknya Craco memang ditakdirkan bernasib sial. Kota yang berdiri di sisi bukit itu kerap dilanda bencana. Antara tahun 1892 dan 1922, lebih dari 1.300 warga hijrah ke Amerika Utara karena kondisi pertanian yang sangat buruk.

Selanjutnya, Craco diterjang berbagai bencana yang membuat para penduduk mengungsi ke kota lain, antara lain tanah longsor yang terjadi para tahun 1963, banjir bandang di tahun 1972, dan gempa bumi di tahun 1980.

Sekarang, kota mati ini lebih populer sebagai lokasi film, dua di antaranya adalah Passion of The Christ dan James Bond: Quantum of Solace.

7 dari 8 halaman

7. Nagoro, Jepang

Sebuah desa terpencil di Lembah Iya, Shikoku, Prefektur Tokushima, Jepang, mungkin kita akan merasa seperti melangkah ke setting film horor. Pasalnya, desa itu dipenuhi dengan boneka seukuran manusia yang tersebar di berbagai titik.

Ada yang tampak seperti sedang memancing, menunggu bus di halte, bekerja di ladang, atau mengikuti pelajaran di sekolah. Tempat ini bahkan dijuluki lembah boneka dan desa orang-orangan sawah.

Boneka-boneka di Nagoro merupakan buah karya dari Ayano Tsukimi, seorang wanita lanjut usia. Tsukimi merupakan satu dari segelintir penduduk yang masih bertahan di Nagoro. Sisanya sudah pindah ke kota atau desa yang menawarkan penghidupan lebih baik.

Tiap kali ada tetangganya yang meninggal atau meninggalkan desa, Tsukimi akan segera membuat boneka tiruan mereka, lalu memposisikan boneka-boneka tersebut seperti sedang melakukan aktivitas yang biasa mereka lakukan.

Tsukimi menganggap boneka-boneka buatannya sebagai suatu bentuk penghormatan terhadap jiwa para kerabat yang sudah pergi mendahuluinya.

8 dari 8 halaman

8. Desa Houtouwan, Tiongkok

Houtouwan adalah sebuah desa tak berpenghuni yang berada di Pulau Shengshan, Tiongkok. Letaknya tak jauh dari kota Shanghai yang justru padat penduduk. Desa nelayan ini dulunya merupakan rumah bagi lebih dari 2.000 warga.

Kondisi ekonomi yang sulit, buruknya fasilitas pendidikan, ditambah dengan kawasan yang sulit dijangkau untuk pengiriman barang kebutuhan pokok, membuat warga Houtouwan memutuskan untuk meninggalkan kampung mereka pada tahun 1990-an.

Sejak ditinggalkan penduduknya, Houtouwan 'dikuasai' tumbuhan liar. Seluruh bangunan yang ada di sana terselimuti tanaman merambat, seperti desa hantu di dalam film-film.

Reporter:

Fellyanda Suci Agiesta, Tantri Setyorini

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah ini:

Â