Sukses

3 Negara dengan Suhu Terekstrem di Dunia, Sebabkan Korban Jiwa

Sejumlah negara ini dikenal memiliki suhu ekstrem yang menyebabkan bencana kematian hingga ribuan orang.

Liputan6.com, Jakarta - Iklim setiap negara bisa selalu berbeda dan tak sama. Belahan dunia lain mungkin memiliki suhu dan musim yang berbeda. Seperti halnya di Indonesia, yakni terdiri dari dua musim, kemarau dan hujan, dan mungkin di negara lainnya berbeda yakni dengan empat musim.

Musim kemarau yang kerap diindentikan musim panas dan kering, ternyata bisa mengundang berbagai masalah. Di sejumlah negara lain, suhu panas bisa menjadi lebih ekstrem karena terpaan gelombang panas.

Akibat suhu tinggi dari gelombang panas, hal ini menyebabkan berbagai bencana meliputi kekeringan hingga kematian. Bahkan korbannya mencapai ribuan orang akibat suhu ekstrem tersebut. Dilansir berbagai sumber, berikut merupakan tiga negara yang tercatat mengalami suhu tinggi dan memakan banyak korban.

1. Gelombang panas India sebabkan kematian 1.000 orang

Gelombang panas di India rupanya lebih parah dari yang pernah terjadi beberapa tahun lalu, tepatnya pada 2007. Saat itu, lebih dari 100 orang tewas akibat suhu udara yang mencapai 45 derajat Celsius.

Pada 29 Mei 2015, suhu rata-rata di banyak provinsi di India mencapai 47 derajat Celcius. Total warga yang meregang nyawa akibat dehidrasi dan gangguan kesehatan akibat cuaca panas lainnya nyaris mencapai 1.700 orang.

Pada 22 April 2016, panas di India semakin parah, hingga memakan korban sebanyak 1.826 jiwa. Menurut informasi dari Al Jazeera, korban tewas akibat tak tahan dengan hantaman cuaca panas termasuk mengalami dehidrasi sengatan terik matahari, terutama di bagian selatan Andhra Pradesh dan Telangana.

Di dua negara bagian itu, setidaknya seratus orang tewas pada Kamis, 21 April 2016, dengan temperatur sekitar 43 Celsius.

2 dari 3 halaman

2. Panas di Kanada

Sebanyak 17 orang di Quebec, Kanada, dilaporkan tewas akibat gelombang panas yang melanda kota tersebut, 5 Juli 2018. Kebanyakan mereka yang tewas berusia 50 tahun dan hidup sendirian.

Dr David Kaiser dari Departemen Kesehatan Masyarakat Montreal menjelaskan, 12 korban meninggal di Montreal. Sedangkan lima lainnya tewas di Townships Timur.

Pemerintah kini sedang melakukan upaya agar masalah cuaca panas ini bisa diatasi, salah satunya dengan menyediakan 19 tempat pendingin di gedung pelayanan kesehatan dan sosial.

Sementara itu, pemerintah mengimbau agar masyarakat setempat memiliki kepekaan terhadap tetangga atau anggota keluarga. 

3 dari 3 halaman

3. 1.300 Orang tewas akibat panas di Pakistan

Gelombang panas menyelimuti Pakistan selama beberapa hari, mengakibatkan 1.300 orang tewas. Akibat banyak korban yang berjatuhan, kamar jenazah di rumah sakit di Rumah Sakit Karachi tak bisa menampung jenazah korban.

Setelah delapan hari gelombang panas menyelimuti kota-kota di Pakistan, korban berjatuhan semakin banyak menjadi 900 jasad, 260 korban tak teridentifikasi. Di Provinsi Sindh dan Balochistan, suhu mencapai 40 derajat Celsius. Korban yang meninggal kebanyakan rentan dan lemah terhadap suhu yang sangat panas.

Gelombang panas kembali melanda Karachi pada 22 Mei 2018, yang mengakibatkan 60 orang meninggal dunia. Badan Meteorologi Pakistan memprediksi gelombang panas ini akan terus berlangsung setidaknya selama tiga hari ke depan. Suhu saat siang hari antara 40 sampai 43 derajat Celcius.

Reporter:

Fellyanda Suci Agiesta

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah ini: