Liputan6.com, Jakarta - Seekor induk paus pembunuh tampak terus membawa anaknya yang telah mati selama seminggu. Paus bernama Tahlequah itu melahirkan pada tanggal 24 Juli. Sayangnya, anaknya hanya hidup selama 1,5 jam.
Baca Juga
Advertisement
Meski demikian, paus pembunuh itu menolak untuk melepas anaknya yang telah mati. Ia terus membawa bayi paus itu di air sambil berenang. Kadang dengan satu sirip, kadang dengan mendorongnya di dalam air dengan kepalanya.
Jenny Atkinson, direktur eksekutif dari Museum Paus di Friday Harbor, tidak berhenti melepaskan pengawasan terhadap induk yang berduka itu. Malahan, ia merasa khawatir terhadap kesehatan si induk paus. Bagi para peneliti, keberadaan induk paus amat penting dalam kawanan yang terancam punah.
"Saya amat khawatir dengan kesehatannya. Ia baru berusia 20 tahun dan kita membutuhkannya," ungkap Deborah Gilers, ilmuwan untuk University of Washington Center untuk Biologi Konservasi dan direktur penelitian untuk nirlaba paus pembunuh liar.
Deborah mengatakan kalau paus itu melahirkan minggu lalu dan mungkin tidak makan lagi sejak saat itu.
"Saya sangat merasa sedih untuk keluarga itu. Apalagi kondisi mentalnya, dia pasti sangat menderita. Aku bahkan tak tahu kata apa yang tepat untuk mendeskripsikan seorang ibu yang kehilangan anaknya," tambah dia seperti dilansir dari Seattletimes.com.
Â
Selanjutnya
Tubuh anak paus pembunuh itu tetap utuh karena diawetkan oleh air dingin. Setiap kali terlepas dari sirip Tahlequah, induk paus itu akan menyelam dalam-dalam untuk mengambilnya. Sebab, ikan yang mati jika tidak tenggelam maka akan mengambang.
Walau demikian, ikan paus pembunuh yang lain ternyata amat mendukungnya. Pada hari Minggu lalu misalnya, Tahlequah dikelilingi oleh paus pembunuh yang lain. Mereka seperti ikut memberikan dukungan dan makanan yang mereka dapat.
Tahlequah dan kelompoknya adalah anggota dari keluarga paus pembunuh yang terancam punah. Hanya dengan jumlah 75 ekor, setiap kelahiran amat penting dan begitu pula setiap betina di kelompok itu.
Pekerjaan para peneliti itu pun penuh tekanan dan emosional. Selain memastikan untuk selalu memantau keluarga paus tersebut, kru Soundwatch yang memantau kelompok paus pembunuh itu juga membantu menjauhkan pelaut dari mereka.
Lembaga nonprofit ini memiliki kru yang berada di atas kapal setiap hari untuk mengamati ikan paus, sekaligus mengingatkan pelaut untuk menjaga jarak setidaknya 200 meter dari kawanan paus tersebut. Tim peneliti tersebut meminta dukungan dari semua orang.
"Kami sangat menghargai dukungan dan cinta yang kalian kirimkan," pungkas mereka.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Advertisement