Liputan6.com, Jakarta - 17 Agustus menjadi hari terpenting bagi bangsa Indonesia untuk memperjuangkan kemerdekaan di atas penjajah. Bendera yang tak lupa sebagai simbol kenegaraan juga dikibarkan berserta pembacaan teks proklamasi.
Kini sudah 73 tahun lamanya momen bersejarah itu membawa Indonesia sebagai negara merdeka. Tapi pernahkah kamu berpikir mengapa Indonesia memilih warna merah dan putih ya dalam bendera?
Berikut ini sejumlah penjelasannya dikutip dari berbagai sumber oleh Merdeka.com.
Advertisement
Â
* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.
Saksikan Video Pilihan di Bawah ini:
1. Warna bendera Merah Putih menurut Soekarno
Menurut Presiden Pertama Indonesia Soekarno, warna merah dan putih sangat kental dengan makna filosofis yang dikenal rakyat Nusantara sejak ribuan tahun lalu.
"Warna-warna itu tidak begitu saja diputuskan untuk Revolusi. Warna-warna itu berasal dari awal penciptaan manusia. Darah seorang wanita berwarna merah. Sperma seorang laki-laki putih. Matahari berwarna merah. Bulan berwarna putih," kata Soekarno seperti ditulis Cindy Adams dalam biografi Soekarno, Penyambung Lidah Rakyat.
Advertisement
2. Merah adalah keberanian, putih adalah kesucian
Menurut Soekarno, tanah di Nusantara berwarna merah, sementara getah tumbuhan berwarna putih. Orang Jawa sudah menyajikan bubur merah putih selama ratusan tahun.
"Merah adalah lambang keberanian, Putih adalah lambang kesucian. Bendera kami sudah ada sejak 6.000 tahun lalu," lanjut Soekarno.
3. Bendera Merah Putih dari kain sprei
Pada 16 Agustus 1945, istri Soekarno, Fatmawati, sudah menyiapkan kain yang bagus untuk bendera merah putih. Namun, kain tersebut sangat kecil dengan panjang hanya 50 sentimeter.
Karena waktu yang mempet, Bu Fatmawati memutuskan untuk mencari kain di lemari. Tak lama kemudian, akhirnya ia menemukan kain putih dari kain sprei. Sementara kain merah ia dapat dari seorang pemuda bernama Lukas Kastaryo yang dibeli dari penjual soto.
Reporter:
Fellyanda Suci Agiesta
Sumber: Merdeka.com
Advertisement