Sukses

Hanya karena Tak Dibelikan Bubble Tea, Wanita Ini Nekat Ingin Bunuh Diri

Niat ingin berlibur ke pantai, sang suami tak menyangka bahwa istrinya ingin bunuh diri karena tidak dibelikan bubble tea.

Liputan6.com, Jakarta Saat ini, bubble tea dikenal sebagai minuman kekinian yang asyik untuk dijadikan sebagai kudapan hangout. Namun, bagi wanita ini bubble tea dianggap sebagai masalah serius yang menentukan hidup dan matinya.

Pada 22 Agustus lalu, kejadian mengejutkan datang dari seorang wanita berusia 23 tahun di Taichung, Taiwan yang sengaja mengunci diri di kamar mandi dan mengancam akan melakukan bunuh diri apabila ia tidak mendapatkan segelas bubble tea.

Menurut suaminya, sebelum mereka hendak berlibur ke sebuah pantai barat bernama Lukang di Taiwan, sang istri tak berhenti menyampaikan keinginannya untuk meminum bubble tea.

Keinginan istrinya pun tak juga digubris oleh suami. Akhirnya, sang istri pun memutuskan untuk kembali pulang ke rumah karena tidak kesampaian meminum bubble tea.

Kejadian tersebut semakin membingungkan sang suami. Ia bergegas kembali ke rumah dan didapatinya sang istri sedang mengurung diri dalam kamar mandi sambil terus menerus berteriak "Mengapa kamu tidak mau membelikan ku bubble tea?" sambil mengancam ingin bunuh diri.

Jeritan itu begitu keras sehingga membuat para tetangga keheranan lalu berinisiatif menghubungi pihak berwajib setempat. Di bawah instruksi polisi, wanita tersebut masih enggan membuka pintu karena masih dalam kondisi yang terlalu emosional. Mereka hanya berhasil menenangkannya setelah memberi waktu untuk konseling. Pasangan tersebut kemudian berpegangan tangan dan dengan senang hati kembali untuk melanjutkan perjalanan ke Lukang dengan syarat harus dibelikan bubble tea disana.

2 dari 2 halaman

Kedai bubble tea di Lukang menjadi ramai pengunjung

Berkat insiden dramatis ini, kedai bubble tea di Lukang kini mengalami lonjakan pelanggan. Kedai ini juga mengatakan bahwa sejak insiden tersebut, persediaan bubble mereka pasti akan habis sebelum pukul satu siang.

Dilaporkan bahwa hanya dalam waktu empat jam saja, kedai tersebut mampu menjual lebih dari 300 cangkir teh setiap harinya. Kejadian tersebut membawa berkah tersendiri bagi kedai ini.

Penulis: Immanuela Harlita Josephine

Â