Sukses

Habis Kerokan, Turis di Bali Syok Lihat Punggungnya Merah-Merah

Kerokan mungkin menjadi salah satu obat paling ampuh saat masuk angin.

Liputan6.com, Jakarta Kerokan mungkin menjadi salah satu obat paling ampuh saat masuk angin. Meski masih ada pro dan kontra, toh sebagian masyarakat Indonesia menganggap kerokan membuat tubuh lebih enak saat masuk angin.

Karena merupakan salah satu terapi tradisional, tak heran aktivitas kerokan menjadi sesuatu yang menarik bagi warga negara asing. Melansir dari Dailymail.co.uk, sepasang turis Australia yang sedang berlibur di Bali merasa terkejut dan heboh saat melihat hasil kerokan di punggung mereka.

Awalnya, Candise Raison dan suaminya, Matthew, hanya ingin memanjakan tubuh mereka dengan pijatan. Karena merasa lelah, mereka memilih memesan jasa pijat lewat aplikasi ojek online.

Candise yang pertama kali dipijat, baru suaminya. Saat giliran Matthew, tiba-tiba tukang pijit menawarkan kerokan yang ia sebut pijat ala Gua Sha. Candise tidak mengerti apa yang dimaksud kerokan oleh si tukang pijat.

Ia mulanya menduga hal tersebut semacam pijatan yang menggunakan doa-doa tertentu. Tapi ia tak ragu mencoba sensasi baru tersebut.

"Saya tidak tahu apa yang ia maksud. Tapi kami ingin mencoba apapun di sini. Jadi kami minta ia melakukannya," tukas Candise.

 

* Update Terkini Asian Para Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru di Sini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

2 dari 2 halaman

Selanjutnya

Kemudian, tukang pijat pun mulai mengerok punggung Matthew dengan koin. Sambil dikerok, sang tukang pijat menjelaskan bahwa Gua Sha merupakan teknik perawatan yang mengerik kotoran dari jaringan otot.

Selesai dikerok, punggung suami Candise memperlihatkan guratan-guratan merah dari leher sampai punggung bawah. Candise yang awalnya terkejut, justru kemudian tertawa dan memfoto hal tersebut.

Matthew sendiri awalnya kaget. Tapi pria yang bekerja untuk SA Network itu kemudian justru tersenyum dan mengaku itu menjadi pengalaman baru baginya.

Reporter: Eki Arum Khasanah

Sumber: Brilio.net