Sukses

5 Fakta Hari Sumpah Pemuda yang Wajib Kaum Milenial Ketahui

Berikut ini lima fakta mengenai Hari Sumpah Pemuda yang wajib diketahui para pemuda masa kini.

Liputan6.com, Jakarta Tanggal 28 Oktober diperingati sebagai Hari Sumpah Pemuda yang menjadi salah satu tonggak utama dalam pergerakan kemerdekaan Indonesia. Tahun ini Bangsa Indonesia memperingati Hari Sumpah Pemuda yang ke-90.

Sebelum proklamasi kemerdekaan di tanggal 17 Agustus 1945, bangsa kita terutama para pemuda sudah mengikrarkan diri sebagai sebuah bangsa melalui Sumpah Pemuda.

Sayangnya, banyak generasi milenial yang tak mengetahui secara pasti sejarah dari Hari Sumpah Pemuda ini. Padahal semangat juang para pemuda pada masa itu patut dijadikan cerminan diri.

Diolah dari berbagai sumber, berikut ini lima fakta mengenai Hari Sumpah Pemuda yang wajib diketahui para pemuda masa kini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 6 halaman

3 Keputusan Kongres

Sumpah pemuda merupakan hasil keputusan kongres pemuda kedua yang diadakan pada tanggal 27-28 Oktober 1928 di Batavia, Jakarta. Isi dari keputusan ini adalah para pemuda berikrar satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa, Indonesia.

 

3 dari 6 halaman

Awalnya tak memiliki nama

Hasil rumusan dari kongres ini awalnya tidak memiliki nama. Barulah beberapa hari kemudian, ikrar tersebut diberi nama ‘Sumpah Pemuda.’

4 dari 6 halaman

Lagu Indonesia Raya diperdengarkan untuk pertama kali

Lagu Indonesia Raya diperdengarkan untuk pertama kalinya pada kongres ini. Lagu ini dibawakan langsung oleh penciptanya, WR Supratman dengan menggunakan biola. Saat itu Belanda tidak mengizinkan kata ‘merdeka’ untuk diucapkan, sehingga lagu ini dikumandangkan tanpa syair.

5 dari 6 halaman

Ditulis oleh Muhammad Yamin dan dibacakan oleh Soegondo

Kongres diadakan di sebuah rumah, di jalan Kramat Raya nomor 106, Jakarta Pusat. Hasil kongres ditulis oleh Muhammad Yamin dan dibacakan oleh Soegondo Djojopoespito, sebagai pimpinan kongres.

6 dari 6 halaman

Menggunakan bahasa Belanda

Pada awalnya hasil kongres ditulis menggunakan bahasa Belanda. Namun, Muhammad Yamin kemudian menterjemahkan hasil kongres tersebut ke dalam bahasa Melayu.

Â