Sukses

Super Ekstrem, Festival Vegetarian di Thailand Bikin Merinding

Setiap daerah tentu punya kisah sejarah yang diturunkan oleh leluhur, salah satunya Thailand yang memiliki Festival Vegetarian.

Liputan6.com, Jakarta - Setiap manusia pasti memiliki kelebihan masing-masing yang membuat mereka menjadi unik. Namun, keahlian yang dimiliki orang-orang berikut ini benar-benar langka dan tak biasa.

Mungkin rasa ngilu dan heran akan muncul di benak Anda apabila melihat keahlian dalam menembuskan pedang, jarum, pisau, hingga perkakas ke area mulut dan wajah mereka. Festival vegetarian  yang berlangsung di Thailand tersebut merupakan acara bertema 'Sembilan Kaisar Dewa' yang diadakan di pulau Phuket setiap tahunnya.

Festival yang diselenggarakan kali ini dihiasi dengan penampilan para pemuja Dewa dengan menusukan pedang menembus pipi dan barang-barang tajam lainnya.

Festival ini juga bertepatan dengan perayaan masyarakat Tiongkok di seluruh wilayah untuk menahan diri dalam mengonsumsi daging dan indulgensi atau sebuah ajaran penghapusan hukuman atas dosa-dosa lainnya, seperti meminum minuman beralkohol dan perjudian.

Para peserta di pulau dengan populasi orang Tiongkok yang cukup besar hendak melakukan aksi tak biasa dengan menusuk pipi dan lidah dengan bermacam-macam pisau, paku, tusuk sate dan barang-barang berbahaya lainnya, termasuk pompa bensin.

 

2 dari 3 halaman

Perayaan sudah ada sejak lebih dari satu abad lalu

Perayaan ini dimulai sejak tahun 1825. Menurut cerita rakyat setempat, ketika rombongan opera Tiongkok sedang berkunjung, mereka jatuh sakit. Mereka diyakini warga setempat telah menjalankan diet menjadi seorang vegetarian dan melakukan ritual Tao dalam upaya meningkatkan kesehatan mereka.

Berjalan melintasi bara panas juga dilakukan pada penghujung acara dan menarik banyak perhatian ratusan ribu orang di Phuket.

3 dari 3 halaman

Dipercaya sebagai titisan para Dewa

Dalam festival tersebut, tampak seorang pria menusukkan pedang melalui kedua sisi pipinya. Aksi tersebut mengundang banyak pengunjung hadir dalam festival. Mereka yang menyaksikan bahkan sampai geleng-geleng kepala karena takjub dengan aksinya.

Salah satu penyelenggara festival, Pathompong Reanthong, mengatakan bahwa orang-orang yang melakukan aksi berbahaya tersebut adalah titisan dewa yang turun ke Bumi, untuk menunjukkan keajaiban mereka. Tindikan yang ada diartikan sebagai para dewa yang menderita sehingga dosa-dosa manusia dapat dibersihkan.

Ia juga mengatakan bahwa tujuan diselenggarakannya festival ini juga agar orang-rang dapat mematuhi ajaran agama dan membebaskan diri dari mengonsumsi daging. Festival ini diyakini untuk menangkal nasib buruk.

Penulis:

Immanuela Harlita Josephine