Liputan6.com, Jakarta - Setiap maskapai penerbangan pasti memiliki black box atau kotak hitam di dalamnya. Seperti kecelakaan pesawat yang baru-baru ini dialami Lion Air JT 610. Black box adalah benda yang paling dicari ketika kecelakaan pesawat terjadi dengan tujuan untuk mendapatkan data-data pesawat selama mengudara.
Baca Juga
Advertisement
Black box di tempatkan pada bagian belakang atau ekor pesawat yang terdiri atas dua alat terpisah, yaitu Flight Data Recorder (FDR) dan Cockpit Voice Recorder (CVR).
FDR dalam black box berisi data-data penerbangan terkait dengan berapa besar kecepatan udara, ketinggian pesawat, posisi kemudi, posisi roda, tekanan udara dan sebagainya yang berhubungan dengan sistem teknis dari pesawat tersebut saat sedang dikemudikan. Sedangkan CVR dalam black box berisi tentang rekaman seluruh percakapan pilot dan kopilot di kokpit.
Apabila pesawat mengalami kecelakaan, black box tersebut tidak akan ikut hancur karena sudah di desain dengan teknologi khusus untuk mampu menyimpan seluruh data-data kecelakaan pesawat.
Alat ini menjadi instrumen penting untuk mendapatkan informasi dan menganalisis penyebab terjadinya kecelakaan saat pesawat sedang mengudara.
Dilansir dari ABC, Kamis (1/11/2018), berikut 5 fakta menarik tentang black box pesawat yang mampu mengungkap penyebab kecelakaan pesawat.
1. Black box tidak berwarna hitam
Saat mendengar kata black box pasti yang muncul dalam bayangan kita adalah kotak sebuah kotak berwarna hitam. Nyatanya, black box dalam pesawat justru berwarna oranye. Warna oranye pada black box bertujuan agar memudahkan pencarian pada saat pesawat hancur dalam kecelakaan.
Dalam dunia kedirgantaraan maupun dunia teknik, warna oranye cerah mencolok ini diyakini akan mempermudah tim evakuasi untuk menemukan kotak penting dalam peswat ini.
Advertisement
2. Black box hanya mampu merekam 2 jam percakapan di kokpit
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya terkait fungsi FDR dan CVR, CVR dalam black box ternyata hanya mampu merekam dua jam percakapan pilot dan kopilot di kokpit serta percakapan dengan Air Traffic Control (ATC).
Kapasitas ini justru terbilang sudah lebih baik dari kemampuan CVR sebelumnya, karena dulu hanya mampu merekam selama 30 menit percakapan saja. Meski demikian, FDR mampu merekam hingga 25 jam data penerbangan.
3. Black box memancarkan sinyal
Teknologi dalam black box dilengkapi dengan pin locator yang mampu memancarkan sinyal untuk memudahkan pencarian black box di bawah air. Sinyal ini dipancarkan setiap detik selama 30 hari sebelum baterai habis.
Jika baterai black box habis, maka sinyal berhenti terpancar. Hal ini akan menyulitkan tim pencari untuk menemukan black box.
Advertisement
4. Black box tidak bisa dihancurkan
FDR dalam black box terbentuk atas dua lapisan titanium atau baja tahan karat. Dengan demikian, black box tidak akan mudah hancur meskipun pesawat mengalami kecelakaan yang begitu parah dan kerusakan badan pesawat, juga saat diperhadapkan dengan kondisi yang ekstrem.
Para ahli membuktikan ketahanan black box dengan mencoba menghancurkannya di suhu 1.100 derajat Celcius, menenggelamkannya dalam air dengan kadar garam tinggi, hingga mencelupkannya ke dalam bahan bakar pesawat.
5. Black box diciptakan orang Australia dan merupakan istilah yang diberikan oleh media
Black box merupakan alat canggih yang diciptakan oleh orang Australia, yaitu David Warren. Ide penciptaan ini didapatkannya pasca ayah David mengalami kecelakaan pesawat dan kehilangan nyawanya pada 1934.
Sejak saat itu, David memiliki keinginan dan inisiatif untuk membuat sebuah alat yang dapat memuat data penerbangan untuk memudahkan analisis terhadap penyebab kecelakaan pesawat.
Inisiatif tersebut akhirnya ia realisasikan pada tahun 1950-an dengan menulis memo untuk Pusat Penelitian Aeronautika, Melbourne dengan judul 'Alat untuk Mengetahui Investigasi Kecelakaan Pesawat'.
Awalnya, ide tersebut tidak mendapat respon yang baik hingga pada lima tahun kemudian, black box pertama diproduksi di Inggris dan Amerika Serikat. Sejak saat itu, keberadaan black box tidak pernah lepas dalam pesawat.
Penulis:
Immanuela Harlita Josephine
Advertisement