Sukses

Nyentrik Habis, 6 Bangunan Unik yang Dibangun Jutawan

Uang yang berlimpah membuat para miliarder memiliki niat menciptakan bangunan-bangunan unik.

Liputan6.com, Jakarta - Uang yang berlimpah membuat para miliarder memiliki niat menciptakan bangunan-bangunan unik. Bangunan-bangunan tersebut memiliki bentuk tak biasa. Apa-apa saja? Dilansir dari berbagai sumber, ini dia.

1. Gunung di atap gedung 26 lantai

Seorang dokter kaya raya asal Beijing, Zhang Biqing membangun sebuah gunung pribadi di atap gedung 26 lantai miliknya. Gunung buatan tersebut dibangun selama 6 tahun dan akan difungsikan sebagai vila pribadi.

Vila di gunung buatan tersebut kemudian dipercantik dengan pepohonan, batu-batu, dan rerumputan hijau. Sayangnya, Zhang membangun gunung tersebut tanpa izin dari pemerintah setempat.

Para tetangga pun mengajukan keluhan atas gangguan yang ditimbulkan selama pembangunan. Akibatnya, pihak berwenang mengeluarkan perintah untuk merobohkan gunung tersebut.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

2 dari 6 halaman

2. Gereja Ayam

Bangunan ini memiliki nama resmi Rumah Doa Bukit Rhema. Pendirinya adalah Daniel Alamsjah, seorang pengusaha kaya pada tahun 80-an.

Gereja ayam memiliki desain arsitektur yang unik. Ini menyerupai burung merpati raksasa yang memakai mahkota. Sayang, krisis moneter di tahun 1997 membuat pembangunan rumah doa tersebut terpaksa dihentikan.

Dalam kondisi terbengkalai, bangunan itu malah populer di kalangan traveler. Bahkan hingga menjadi pemberitaan internasional.

 

3 dari 6 halaman

3. Achill-henge

Joe McNamara adalah seorang pria kaya yang vokal dalam memprotes pemerintah. Salah satu aksi yang berjuluk Anglo Avenger adah ketika ia mendirikan Stonehenge di puncak bukit Achill Island, pesisir Mayo pada tahun 2011.

Struktur setinggi 4,5 meter dengan diameter 30 meter itu didirikan dalam waktu 6 bulan sebagai salah bentuk protes terhadap lemahnya kebijakan pemerintah Irlandia dalam mengatasi krisis finansial berikut Anglo-Irish Bank yang dianggap ikut bertanggungjawab.

Karena tak ada izin memadai, Mayo County Council memerintahkan agar struktur tersebut diratakan. Tapi meski demikian, julukan struktur tersebut masih berdiri tegak hingga kini.

 

4 dari 6 halaman

4. Pulau bajak laut pribadi di Cambridgeshire

Di tengah danau di Cambaridgeshire adalah sebuah pulau dengan suasana yang mirip dengan latar The Pirates of Caribbean. Pulau tersebut dimiliki oleh seorang jutawan yang identitasnya dirahasiakan.

Sang jutawan memang tergila-gila dengan Jack Sparrow dan segala yang berkaitan dengan bajak laut. Karena itulah dia memerintahkan pembangunan Challis Island, sebuah pulau perompak pribadi di area seluas 24 hektar miliknya yang ada di Cambridgeshire, Inggris.

Tak cuma mengusung tema bajak laut, pulau tersebut memiliki fasilitas lengkap seperti pub, dek kapal, air terjun, laguna, pantai pribadi, hingga Coffer Cabin yang dilengkapi ranjang bajak laut khusus.

 

5 dari 6 halaman

5. Istana dongeng Liu Chonghua

Liu Chonghua merupakan seorang jutawan yang berhasil keluar dari jerat kemiskinan dengan bisnis kue. Pria eksentrik ini memiliki mimpi membangun 100 istana di Tiongkok karena terkesan dengan bangunan-bangunan megah di Jerman, chateau khas Prancis, serta Sagrada Familia yang dirancang oleh arsitek kondang Antoni Gaudi.

Sejauh ini, Liu sudah berhasil membangun 7 istana dalam berbagai desain arsitektur. Untuk tujuan tersebut, ia rela menggelontorkan dana hingga 100 juta yuan. Kabar terakhir dia berencana membangun tiruan Windsor Castle di Chongqing.

 

6 dari 6 halaman

6. Kantor Pusat NetDragon Websoft

Liu Deijan, salah satu pria terkaya di Tiongkok, mendirikan kantor pusat developer gim NetDragon Websoft yang bentuknya mirip pesawat NCC-1701-E USS Enterprise di Star Trek. Bangunan tersebut terletak di Changle, Provinsi Fujian.

Sebelum membangun, ia telah meminta persetujuan dari CBS, stasiun televisi yang memproduksi Star Trek. Liu menghabiskan sekitar 600 juta Yuan untuk merampungkan bangunan seluas 260 meter tersebut. Keseluruhannya selesai dibangun pada bulan Oktober 2014.

Reporter: Tantri Setyorini

Sumber: Merdeka.com