Liputan6.com, Jakarta - Memasuki zaman yang semakin canggih namun minimnya penerapan karakter anak Indonesia yang benar, menjadi pertimbangan dasar kegiatan bertajuk “Sosialisasi Karakter Anak Indonesia” oleh Mahasiswa Universitas Mercu Buana Kampus D, Fakultas Ilmu Komunikasi, Bidang Studi Public Relation yang dilaksanakan di Aula Universitas Mercu Buana Kampus D, Sabtu (8/12/2018). Acara ini mengundang 39 anak Yayasan Miftahul Huda Kranggan, yang terdiri dari 14 anak perempuan dan 25 anak laki-laki.
Baca Juga
Advertisement
Diawali dengan sambutan dari Ketua Panitia, Waluyo, kemudian dilanjutkan sambutan dan ucapan terima kasih dari Ust Baehaqi selaku Staff Guru Perwakilan Yayasan Miftahul Huda, Sekretaris Prodi Universitas Mercu Buana, Dicky Andika, dan Ketua RW 06 Jati Raden, Samino. Dalam sambutannya, Dicky Andika menjelaskan bahwa acara ini merupakan implementasi dari Mata Kuliah Pengelolaan Program Public Relation Universitas Mercu Buana.
“Sebagai event yang menghubungkan Mercu Buana dan masyarakat,” ujar Dicky Andika.
Acara dilanjutkan dengan penampilan marawis dari anak-anak Yayasan Miftahul Huda Kranggan. Sepuluh anak laki-laki berusia 8-14 tahun dari Yayasan Miftahul Huda Kranggan dengan cekatan dan percaya diri menunjukkan kepiawaiannya di depan teman-teman dan khalayak ramai.
Tabuhan gendang diiringi suara merdu seakan menghinoptis penonton dan membuat semangat satu ruangan semakin menggelora. Acara tersebut turut menghadirkanStaff Humas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Desliana Maulipaksi selaku pembicara.
Materi yang disampaikan Desliana mengenai Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). PPK adalah gerakan pendidikan di sekolah untuk memperkuat karakter siswa melalui harmonisasi olah hati (etik), olah rasa (estetis), olah pikir (literasi), dan olah raga (kinestetik) dengan dukungan pelibatan publik dan kerja sama antara sekolah, keluarga, dan masyarakat.
Desliana juga menjelaskan lima Karakter Utama Anak Indonesia, yaitu Religius, Nasionalis, Integritas, Mandiri, dan Gotong Royong. Dalam penjelasannya itu, Desliana memberi contoh tiap karakter yang mudah dimengerti anak-anak.
Menurutnya, penting untuk menerapkan kelima karakter anak Indonesia ini di zaman yang semakin canggih.
“Penting untuk menerapkan 5 karakter utama ini karena di abad 21, dimana teknologi berkembang cepat dan negara lain sudah lebih maju, dibutuhkan anak-anak yang berpikir kritis, kreatif, dan percaya diri.”
Acara kemudian dilanjutkan dengan tanya-jawab dengan Desliana dan diakhiri dengan games seru yang mengundang tawa bagi anak-anak Yayasan Miftahul Huda Kranggan.
“Seneng banget!,” ujar anak-anak saat ditanya kesannya menghadiri acara tersebut.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Selanjutnya
Sekadar informasi, acara ini disponsori oleh Honda, SKG Media Distributor, Uwarkop Sebro, JY Trans Indonesia, dan Kedai Tilil.
Di akhir acara, saat diwawancari, Desliana menyampaikan rasa kagum dan apresiasi atas terselenggaranya acara dari mahasiswa Universitas Mercu Buana Kampus D ini.
“Acara keren banget ya Subhanallah, maksudnya di sini mahasiswa bisa ikut berperan memberikan kontribusi buat lingkungan sekitarnya gitu. Di sini kita lihat anak-anak pesantren ini mungkin jarang keluar dari pesantren, bahkan mungkin kalau pas pulang ke rumah juga jarang keluar rumah, tapi di sini mereka diberikan kesempatan untuk berekspresi menyampaikan pendapatnya juga untuk lebih berani dan percaya diri dan dapet pesan-pesan juga gimana sih karakter anak Indonesia itu sebaiknya. Jadi menurut saya, ini keren banget acaranya dan kerja sama panitianya juga oke banget,” katanya.
Tak lupa, Desliana juga menyampaikan harapannya untuk anak-anak Indonesia. Menurutnya, paling tidak anak-anak harus menerapkan setidaknya lima karakter utama untuk menghadapi abad 21.
“Harapannya buat anak-anak Indonesia, paling enggak bisa menerapkan setidaknya 5 nilai karakter utama tadi, yaitu mandiri, religius, nasionalis, integritas, sama gotong-royong. Nah ini penting banget karena di abad 21 ini di mana teknologi itu berkembang dengan cepat dan negara lain juga sudah lebih maju dari kita, kita butuh anak-anak yang bisa berpikir kritis, berfikir kreatif, dan percaya diri.
Nah itu penting banget percaya diri karena kalau diliat tadi anak-anak pesantren ini mereka kurang bisa mengemukakan gagasannya mungkin karena malu juga jadi mereka perlu lebih diangkat lagi potensinya, diangkat lagi kepercayaan dirinya seperti apa supaya nanti anak-anak Indonesia semuanya bisa percaya diri dan yakin kalau mereka tuh potensi,” tutupnya.
Advertisement