Liputan6.com, Jakarta - Baru-baru ini Indonesia kembali dirundung duka karena wilayah Banten dan Lampung diterjang tsunami pada 22 Desember lalu. Peristiwa ini menyisakan luka mendalam. Terlebih kejadian ini bertepatan dengan liburan akhir tahun.
Ketika kita mendapatkan musibah dan bencana yakini bahwa itu terjadi karena kehendak Allah Swt. Tentunya Allah tidak akan memberikan cobaan yang berat di luar kemampuan hambanya itu sendiri. Kewajiban kita adalah menghadapi segala cobaan dengan bersabar, rida, dan menerima ketetapan Allah tersebut.
Dilansir dari berbagai sumber, ada empat kelompok manusia dalam menyikapi cobaan dan musibah di dunia. Mereka adalah:
Advertisement
1. Kelompok orang-orang yang lemah
Yakni orang yang selalu mengeluh terhadap setiap keadaan. Selalu mengadu namun bukan kepada Allah Swt tetapi kepada sesama manusia. Padahal setiap cobaan yang dihadapi kita serahkan kepada sang pencipta dan berkeluh kesah kepada-Nya agar diberikan sesuatu yang lebih baik lagi.
2. Kelompok orang yang bersabar
Sabar di sini adalah ketika dihadapkan dengan musibah, ia senantiasa bersabar menahan diri dari melakukan hal-hal yang tidak disukai Allah Swt. Orang yang sabar dalam menghadapi musibah senantiasa berdoa agar Allah menghilangkan atau meringankan musibah yang tengah dialami.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Â
3. Kelompok orang-orang yang ridha
Yakni berlapang dada ketika menghadapi musibah. Orang-orang yang ridha atas musibah akan menyadari jika semua yang terjadi atas kehendak Allah Swt. Dalam kelompok ini, seolah-olah tidak merasa mendapatkan cobaan karena derajat ridha atas musibah lebih tinggi tingkatannya dari sabar.
4. Kelompok orang yang bersyukur
Bagaimana bisa mendapatkan musibah kita bersyukur? Aneh kedengarannya, ditimpa musibah kok malah bersyukur. Ya memang demikian kelompok ini, baginya musibah adalah sesuatu yang harus dinikmati. Malah, kalau bisa dia berharap agar musibah itu tidak lekas hilang darinya. Yang menempati derajat ini adalah para nabi dan rasul, wali-wali Allah, orang-orang yang memiliki keimanan dan ketakwaan yang mendalam.
Penulis:
Nihlah Fauziyatul Wafa
Advertisement