Sukses

Kekinian, Restoran Ini Jual Burger dengan Daging Tak Biasa

Makanan berdasarkan sebuah pengembangan bahan yang tidak wajar, namun dapat terlihat dan terasa seperti bahan yang seharusnya digunakan.

Liputan6.com, Jakarta Makanan cepat saji erat kaitannya denga tepung, ayam atau daging. Makanan cepat saji banyak digemari karena kenikmatan dan kemudahannya. Banyak perkembangan dan inovasi terhadap makanan cepat saji, seperti menambah rasa-rasa masakan tradisional khas sebuah daerah atau hal lainnya.

Pengembangan yang dilakukan tidak berhenti pada rasa saja. Buat kamu yang bosan dengan burger daging, kamu dapat mencoba burger dengan bahan tak biasa. Bahan-bahan yang tidak sewajarnya digunakan, namun dapat terlihat dan terasa lezat untuk dinikmati.

Sebuah toko burger di AS menjual burger yang menggunakan bahan makanan sehat tapi telah direplikasi rasa, warna, dan aroma dagingnya. Kamu akan mendapatkan rasa daging yang juicy di Impossible Burger 2.0.

Dilansir dari Cnet.com, burger ini terus dikembangkan untuk mengontrol peningkatan rasa, tekstur, juicy, keawetan, penanganan, biaya produksi, dan nutrisi. Meskipun bukan berasal dari daging, impossible burger 2.0 ini tetap memperhatikan nutrisi. Tidak hanya kemiripan rasa yang ditekankan pada impossible burger 2.0.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini :

 

2 dari 2 halaman

Inovasi dari Bahan Makanan

Dikatakan bahwan bahan pengganti daging pada burger ini dapat digunakan untuk bahan makanan lainnya seperti pangsit, taco, atau makanan lainnya. Prinsip yang dimiliki adalah “apa pun yang yang kamu pikir bisa, maka kamu bisa melakukannya.”

Hal ini dianggap sebagai sebuah tantangan baru untuk dikembangkan lagi, di mana inovasi-inovasi dikembangkan. Dikatakan bahwa ini adalah sebuah tantangan yang mungkin atau tampak sanggup untuk dilakukan.

Suatu bentuk baru hasil pemanfaatan sesuatu yang jarang digunakan dan tidak terlalu dipandang adalah apa yang dilakukan dari pengembangan impossible burger 2.0, di mana apa yang dianggap tidak mungkin menjadi mungkin untuk dilakukan.

 

Reporter:

Lea Citra Santi Baneza

Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jakarta