Liputan6.com, Jakarta - Seorang pria identik dengan suatu yang maskulin atau sesuatu yang cenderung dengan warna-warna yang menggambarkan sosok yang kuat atau tangguh. Namun bagaimana jika seorang pria gemar menggunakan pakaian berwarna kuning?
Baca Juga
Advertisement
Dilansir dari Odditycentral.com, Abou Zakkour adalah seorang pria bersia 68 tahun yang berasal dari war-torn Syrian city of Aleppo. Ia menggunakan warna kuning sebagai warna satu-satunya yang digunakan mulai dari kepala hingga kaki.
Semua pakaian, celana, ataupun aksesoris yang dikenakannya harus berwarna kuning, bahkan dalamannya pun kuning. Kebiasaan ini dimulai tanggal 25 Januari 1983. Jika dia tidak mendapatkan suatu item yang berwarna kuning, dirinya akan mengecatnya hingga berwarna kuning.
Tidak jelas alasan pasti yang menjadikannya seseorang pria dengan warna kuning, namun yang pasti dirinya telah menggunakan warna kuning sejak dulu. Akan terasa aneh jika dirinya menggunakan warna lain karena kebiasaannya ini.
Tak hanya pada apa yang digunakannya, di apartemennya pun warna kuning menjadi warna barang miliknya. Pakaiannya ini menjadi salah satu daya tarik dan dianggap sebagai cinta olehnya.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini :
Yellow Man of Aleppo
“Yellow Man of Aleppo” adalah julukan untuk dirinya, salah satu pengenal yang dimilikinya. Dikatakan bahwa “The Yellow Man of Aleppo” akan cocok dengan “Green Lady of Brooklyn”. Hal ini dikarenakan mereka hanya terobsesi dengan satu warna.
Dapat dikatakan warna kuning adalah satu-satunya warna yang dimilikinya. Dirinya menjadi seorang yang setia dan bangga dengan satu warna yang dimilikinya itu. Dirinya dapat mengubah prespektif warna kuning yang menyimbolkan keanehan sebelum zona perang di kota Syria.
Saat ditanya mengapa dirinya menggunakan pakaian kuning, dirinya hanya menjawab bahwa hanya warna ini yang dimilikinya. Banyak orang yang terkejut dengan perjuangannya di perang sipil.
Apa yang dilakukan oleh Abou Zakkour adalah apa yang dicintainya, apa yang disenanginya. Dirinya hanya seorang yang mengikuti naluri dan berani beda dengan orang-orang yang ada di luar sana.
Reporter
Lea Citra Santi Baneza
Institut Ilmu Sosial Ilmu Politik Jakarta
Advertisement