Sukses

4 Alasan Anak Muda Milenial Takut Menikah, Bukan Hanya Masalah Komitmen

Mereka cenderung tak begitu tertarik dengan kehidupan pernikahan.

Liputan6.com, Jakarta Bagi generasi milenial yang saat ini sudah berusia di akhir 20an, biasanya akan makin sering didesak untuk cepat-cepat menikah oleh keluarga. Tapi kenyataannya sebagian generasi milenial enggan menikah karena berbagai pertimbangan.

Generasi milenial memiliki prinsip tersendiri tentang pernikahan. Mereka cenderung tak begitu tertarik dengan kehidupan pernikahan. Sebagian besar alasannya adalah karena tingkat perceraian yang tinggi dari generasi sebelumnya, membuat generasi milenial lebih berhati-hati dalam hal pernikahan.

Generasi milenial yang kini sudah berusia di akhir 20an akan makin sering dicecar dengan pertanyaan kapan menikah. Persoalan ini pun kadang bikin banyak orang makin tertekan. Sebab tak semua orang paham akan ketakutan yang dimiliki soal menikah.

Berikut alasan generasi milenial cenderung takut untuk menikah yang telah Liputan6.com rangkum dari Loveumentary, Selasa (5/2/2019).

2 dari 5 halaman

Belum Siap Membuat Ekspektasi Realistis

Di era media sosial seperti ini, mudah sekali orang membanding-bandingkan dengan hidup orang lain. Mudah menjadi iri dengan keberuntungan orang lain. Termasuk dalam urusan pernikahan. Kadang orang punya standar atau ekspektasi yang begitu tinggi soal pasangannya nanti.

Tapi pada kenyataannya kamu malah takut pasangan kamu saat menikah nanti tidak sesuai dengan ekspektasi atau harapan. Hal ini pun membuat kebanyakan generasi milenial merasa tak berani untuk menikah. Takut kecewa di kehidupan pernikahan yang tak seindah yang "dipamperkan" orang-orang di dunia maya.

3 dari 5 halaman

Takut Dihadapkan pada Konflik-konflik Berat

Bagaimana kalau nanti ada mantan yang hadir kembali? Bagaimana kalau mertua ternyata sangat jahat? Bagaimana bila pasangan mendadak berubah setelah menikah? Hal ini kemudian membuat generasi milenial merasa tak siap bila nanti harus menghadapi konflik-konflik berat dalam pernikahan.

Dalam sebuah studi yang dilakukan oleh Gottman Institute disebutkan bahwa 69% konflik dalam hubungan percintaan tak bisa diselesaikan. Khawatir akan mengalami konflik-konflik berat setelah menikah membuat sebagian generasi milenial merasa lebih baik sendiri dulu daripada buru-buru menikah tanpa kesiapan mental yang baik.

4 dari 5 halaman

Belum Siap "Membebani" Orang Lain

Hal ini yang kadang membuat anak muda milenial cemas bila harus memulai hubungan pernikahan. Mereka tak ingin membebani orang lain dengan permasalahan yang bahkan belum tentu bisa ditangani sendiri.

Tumbuh di era yang menuntut untuk bisa selalu menyelesaikan semua masalah yang ada dengan lebih mandiri, kadang hal ini malah membuat generasi milenial merasa takut memulai hubungan karena tak ingin membuat orang yang dicintai terbebani dengan masalah yang mereka punya.

5 dari 5 halaman

Tidak Memiliki Panutan atau Role Model

Generasi milenial umumnya dibesarkan oleh generasi Baby Boomer (generasi dengan tingkat perceraian yang tinggi). Ditambah lagi dengan ekspektasi yang kelewat tinggi dari berbagai film Disney dan film romantis yang pernah ditonton, generasi milenial bisa merasa bingung.

Merasa tak punya panutan yang bisa memberi nasihat atau arahan soal pernikahan dan berharap terlalu tinggi memiliki kehidupan pernikahan yang seindah cerita dongeng. Ketimpangan ini pun bisa jadi salah satu penyebab generasi milenial merasa bingung memaknai pernikahan dan takut melangkah.

Apakah ada di antara kamu yang merasakan ketakutan-ketakutan tersebut? Sebenarnya wajar saja kamu memiliki ketakutan seperti yang disebutkan di atas. Faktanya, ada banyak alasan untuk tidak menikah bagi beberapa pasangan, seperti masalah pengelolaan keuangan, tingginya anggaran perawatan kesehatan, dan pengaturan logistik yang rumit.

Generasi milenial merasa lebih bahagia dan lebih sehat dengan tidak menikah. Mungkin rasanya tidak masuk akal bagi beberapa generasi sebelumnya. Namun, gaya hidup adalah pilihan masing-masing individu dengan alasan dan kenyamanan tersendiri.