Sukses

20 Tahun Tidak Pernah Cuci Rambut, Ini Rapunzel di Dunia Nyata

Melakukan hal-hal yang tidak sewajarnya seperti tidak mencuci rambut selama 20 tahun, bagaimana kondisi rambutnya?

Liputan6.com, Jakarta Memiliki rambut panjang membutuhkan perawatan dan perlakuan yang lebih dari pada rambut-rambut pada umumnya. Semakin panjang rambut maka semakin besar usaha yang dilaukan untuk merawatnya.

Berbagai polusi dan permasalahan rambut dapat datang. Kerusakan pada rambut dapat dicegah dengan mencuci dan memberikan vitamin pada rambut kita. Membuatnya lebih kuat dan halus adalah salah satu tujuan dari merawat rambut, tetapi bagaimana jika kita tidak merawat rambut untuk waktu yang lama?

Dilansir dari Odditycentral.com, Frankie Cluney seorang wanita berusia 32 tahun yang berasal dari Brighton, Inggris mengatakan bahwa dirinya tidak mencuci rambut panjanganya selama 20 tahun. Hal ini berawal dari kebenciannya menggunakan shampo dan kondisioner.

Lamanya mengeringkan rambut panjang bak rapunzel juga menjadi alasan kenapa dia tidak mecuci rambutnya. Saat dia memutuskan untuk berhenti mencuci rambutnya, keadaan berminyak dan kulit kepala yang gatal mucul. Namun masalah-masalah itu hilang seiring berjalannya waktu.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini :

2 dari 2 halaman

Lalu Bagaimana Cara Membersihkan Rambutnya?

Daripada mencuci rambut, rapunzel dunia nyata ini leih memilih untuk menyisir rambutnya secara merata untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang ada pada rambutnya. Hal ini dinilai efektif untuk menghilangkan kotoran pada rambut baginya,

Meskipun Frankie membersihkan rambut dengan menyisir rambut, hal ini pun tidak dilakukannya setiap hari. Tidak mencuci rambut dianggap sebagai penyerap aroma, di mana aroma-aroma yang ada pada rambutnya akan mengingatkan dirinya pada tempat-tempat yang pernah didatanginya.

Sebuah kehidupan nyata dari sang pemiliki rambut Rapunzel, di mana dirinya tidak pernah memotong rambutnya sejak usianya 18 tahun dan dengan panjang rambut yang telah melebihi tinggi badannya.

 

Reporter :

Lea Citra Santi Baneza

Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jakarta