Sukses

Biografi Ahok, Latar Belakang Kehidupan dan Karier Politiknya

Banyak yang tidak tahu bahwa Ahok jago olahraga menembak.

Liputan6.com, Jakarta Berbicara tentang politisi di Indonesia, nama Ahok menjadi salah satu politisi yang sering menjadi bahan perbincangan oleh warganet. Tokoh satu ini dikenal dengan gaya kepemimpinannya yang keras dan tegas, ia juga terkenal dengan gaya bicara yang blak-blakan.

Biografi Ahok kali ini akan membahas kiprahnya sebagai politisi di Indonesia. Ahok lahir dari keluarga keturunan Tionghoa pada tanggal 29 Juni 1966 di Manggar, Kabupaten Belitung Timur, Bangka Belitung.

Ahok yang kini memilih disapa dengan BTP, dahulu adalah seorang pengusaha, ia sempat mendirikan perusahaan bernama PT Nurindra Ekapersada yang kemudian pada tahun 1995 berhasil membangun sebuah pabrik pengolahan pasir bernama pabrik Gravel Pack Sand (GPS).

Kalau kamu penasaran tentang bagaimana Ahok bisa terjun dalam dunia politik, baca sampai habis biografi Ahok dalam artikel ini.

Penulis “Merubah Indonesia: The Story Of Basuki Tjahaja Purnama : Tidak Selamanya Orang Miskin Dilupakan.” ini mempunyai segudang prestasi yang membanggakan.

Namun, kesuksesan yang bisa ia raih ini bukanlah tanpa usaha, kerja keras, dan pengorbanan. Ada banyak pengorbanan lainnya demi meraih kesuksesan.

Selain itu, ada banyak kisah dalam biografi Ahok yang menarik untuk diketahui. Dengan mengetahui biografi Ahok kamu mungkin akan termotivasi untuk merubah Indonesia menjadi lebih baik lagi. Yuk, simak terus biografi Ahok berikut ini yang sudah dilansir Liputan6.com dari berbagai sumber, Selasa (26/2/2019)

2 dari 6 halaman

Keluarga

Anak dari Indra Tjahaja Purnama dan Buniarti Ningsing keturunan Tionghoa ini memiliki nama lengkap Basuki Tjahaja Purnama. Ahok memiliki empat adik yaitu Basuri Tjahaja Purnama, Fifi Lety Indra, Harry Basuki, dan Basu Panca Fransetio.

Masa kecil Basuki lebih banyak dihabiskan di Desa Gantung, Kecamatan Gantung, Kabupaten Belitung Timur, hingga selesai menamatkan pendidikan sekolah menengah tingkat pertama

Setelah sang bapak meninggal, Ahok dititipkan kepada keluarga Misribu. Keluarga Misribu-lah yang membiayai hidup Ahok selama di Jakarta. Almarhumah Misribu Andi Baso Amier ialah sosok ibu angkat Ahok dari Bugis.

Ahok menikah dengan Veronica, kelahiran Medan, Sumatera Utara dan telah dikaruniai 3 buah hati yaitu Nathania Purnama, Nicholas Purnama, Daud Albeenner Purnama. Namun keduanya memutuskan bercerai pada tahun 2018.

3 dari 6 halaman

Latar Belakang Pendidikan

Ahok mengambil jurusan Teknik Geologi, Universitas Trisakti dan selesai pada tahun 1989. Setelah menempuh pendidikannya di Jakarta, ia kemudian kembali ke kampung halamannya dan kemudian memulai usaha dengan mendirikan perusahaan bernama CV Panda yang bergerak dibidang kontraktor pertambangan untuk PT Timah yang terkenal di Belitung Timur.

Namun hanya berlangsung selama dua tahun Ahok di dunia pertambangan, ia kemudian melanjutkan kuliahnya dengan mengambil program master manajemen keuangan di Sekolah Tinggi Manajemen Prasetiya Mulya Jakarta tahun 1992.

4 dari 6 halaman

Terjun dalam Politik

Seusai menempuh pendidikan S2, Ahok pernah bekerja di PT Simaxindo Primadaya di Jakarta yang bergerak dalam bidang kontraktor listrik. Hingga akhirnya ia kembali ke kampong halamanya, Belitung Timur dan sempat mendirikan perusahaan bernama PT Nurindra Ekapersada.

Dilansir dari situs ahok.org, pabriknya ditutup karena ia melawan kesewenang-wenangan pejabat. Ahok mengalami sendiri pahitnya berhadapan dengan politik dan birokrasi yang korup.

Sempat terpikir olehnya untuk hijrah dari Indonesia ke luar negeri, tetapi keinginan itu ditolak oleh sang ayah yang mengatakan bahwa satu hari rakyat akan memilih Ahok untuk memperjuangkan nasib mereka.

Bermodal keyakinan bahwa orang miskin jangan lawan orang kaya dan orang kaya jangan lawan pejabat, keinginan untuk membantu rakyat kecil di kampungnya, dan juga kefrustasian yang mendalam terhadap kesemena-menaan pejabat yang ia alami sendiri, Ahok memutuskan untuk masuk ke politik di tahun 2003.

Pertama-tama ia bergabung di bawah bendera Partai Perhimpunan Indonesia Baru (PPIB) yang saat itu dipimpin oleh Dr. Sjahrir. Pada pemilu 2004 ia mencalonkan diri sebagai anggota legislatif.

Dengan keuangan yang sangat terbatas dan model kampanye yang lain dari yang lain, yaitu menolak memberikan uang kepada rakyat, dan memberi nomor handphone Ahok. Ia terpilih menjadi anggota DPRD Kabupaten Belitung Timur periode 2004-2009.

Pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kabupaten Belitung Timur tahun 2005, Ahok berpasangan dengan Khairul Effendi, B.Sc. dari Partai Nasional Banteng Kemerdekaan (PNBK) ikut sebagai calon Bupati-Wakil Bupati Belitung Timur periode 2005-2010. Dengan mengantongi suara 37,13 persen pasangan ini terpilih menjadi Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Belitung Timur definitif pertama.

Pada akhirnya Ahok mencalonkan diri sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta berpasangan dengan Joko Widodo dalam Pemilihan umum Gubernur DKI Jakarta 2012. Pasangan Jokowi-Ahok ini mendapat 1.847.157 (42,60%) suara pada putaran pertama, dan 2.472.130 (53,82%) suara pada putaran kedua, mengalahkan pasangan Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli.

Pada 14 November 2014, DPRD DKI Jakarta mengumumkan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta menggantikan Joko Widodo yang telah menjadi Presiden Republik Indonesia. Setelah pengumuman ini, DPRD DKI Jakarta mengirimkan surat ke Kementerian Dalam Negeri agar Ahok dilantik menjadi gubernur.

 

5 dari 6 halaman

Penghargaan

Di tahun 2006, Ahok dinobatkan oleh Majalah TEMPO sebagai salah satu dari 10 tokoh yang mengubah Indonesia. Di tahun 2007 ia dinobatkan sebagai Tokoh Anti Korupsi dari penyelenggara negara oleh Gerakan Tiga Pilar Kemitraan yang terdiri dari KADIN, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara, dan Masyarakat Transparansi Indonesia.

Pada tahun 2013, Ahok mendapatkan penghargaan Bung Hatta Anti-Corruption Award (2013) dan Gus Dur Award pada tahun 2016.

6 dari 6 halaman

Jago Menembak

Pria kelahiran 29 Juni 1966 itu, ternyata memiliki kemampuan menggunakan senjata api atau menembak. Bahkan ia pernah menunjukkan kemampuannya di depan awak media saat menghadiri acara di Kopassus pada 17 Juni 2015 lalu. Ahok yang saat itu menggunakan pistol Elita G2 buatan PT Pindad, menjajal kemampuannya.

Pada kesempatan pertama, mantan Bupati Belitung Timur itu hanya mampu menyarangkan peluru ke 3 sasaran pelat baja dari total 8 sasaran tembak. Pada kesempatan kedua, ia mampu memberbaiki jumlah sasaran tembaknya, menjadi 4. Kemudian pada kesempatan ketiga, Ahok mampu menembakkan peluru pada 7 sasaran.