Sukses

Universitas Mercu Buana Ajak Santri Bijak Gunakan Media Sosial

Tujuan diadakannya kegiatan ini yaitu untuk membuka kesadaran santri-santriwati remaja agar cerdas hati atau pikir dalam menggunakan media sosial dan dapat menjadi konten kreator yang kreatif.

Liputan6.com, Jakarta - Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana Kampus Jatisampurna menggelar kegiatan Pengabdian Masyarakat dengan mengangkat tema “Sosialisasi, Smart Menggunakan Media Sosial dan Menjadi Konten Kreator pada Santri-Santriwati Pondok Pesantren Miftahul Huda Jatisampurna Bekasi” di Pondok Pesantren Miftahul Huda, Jatisampurna, Bekasi, Jumat (15/3/2019).

Salah satu dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana Kampus Jatisampurna, Dr. Santa Lorita Simamora memaparkan tujuan diadakannya kegiatan ini yaitu untuk membuka kesadaran santri-santriwati remaja agar cerdas hati atau pikir dalam menggunakan media sosial dan dapat menjadi konten kreator yang kreatif.

“Kami selaku dosen atau guru, punya tanggung jawab untuk memberikan petuah-petuah ibaratnya atau nasihat-nasihat yang mana petuah-petuah dan nasihat-nasihat ini bermanfaat bagi kalian generasi-generasi penerus bangsa, terutama generasi-generasi agama Islam, yang mana harus menjadi generasi-generasi yang shaleh dan shaleha. Kami mau mengingatkan kalau kita hidup saat ini di era teknologi yang begitu canggih. Di mana kita sudah diterpa untuk menggunakan media sosial. Oleh karena itu, anak-anak sekalian harus cerdas. Cerdas dalam memahami tentang media sosial. Kita harus tahu dahulu tentang dunia internet, supaya kita menggunakan media sosial itu dengan cara yang cerdas, bahkan kita bisa menjadi apa yang disebut dengan konten kreator. Kalian itu bisa berkreativitas, menciptakan sesuatu dengan media sosial, sesuatu yang positif, yaitu konten-konten kreatif dalam format tutorial, seperti cara membaca Alqur’an dengan tartil, contoh lain membuat tulisan-tulisan kreatif mengajak sesama remaja untuk rajin shalat lalu di-upload ke dunia internet (YouTube atau Instagram),” jelas Dr. Santa.

 

 

 

 

2 dari 3 halaman

Selanjutnya

Menurut Dr. Santa, alasan Pengabdian Masyarakat kali ini difokuskan untuk santri-santriwati remaja karena meskipun mereka sehari-harinya berada di pondok pesantren yang ketat dengan aturan tidak diperkenankan menggunakan handphone, namun tetap saja mereka dapat menggunakan internet walau hanya sebentar, misal saat liburan pulang ke rumah atau ke warnet. Jika santri-santriwati remaja tidak cerdas menggunakan internet, dikhawatirkan nantinya akan salah jalan. Oleh karena itu, melalui sosialisasi ini, Dr. Santa mengingatkan untuk bijak dalam menggunakan internet, terutama media sosial.

“Kita bisa mendapatkan apapun di internet--di Google--dengan memasukan keyword. Apa saja bisa kita masukkan di sini. Pesan Bu Santa, memang orang tua tidak punya CCTV, di pondok pesantren juga tidak ada, tapi Allah Maha Mengetahui. Kalau kalian ada kesempatan akses internet, entah itu di warnet atau di manapun, meski belum melaksanakan tapi sudah niat, Allah sudah tahu karena Allah akan mengawasi kemanapun kita berada. Kalau bisa akses internet, carilah yang bermanfaat. Jangan keyword yang mengandung pornografi, misal ‘cinta’ di YouTube, itu berbahaya, hal tersebut dapat memunculkan konten yang tidak layak dilihat remaja. Ingat, konten pornografi itu bisa mudah diakses, oleh karena itu berhati-hatilah,” ujar Dr. Santa di hadapan belasan santri-santriwati remaja Pondok Pesantren Miftahul Huda.

Dr. Santa kembali mengingatkan bahwa sudah pasti para remaja akan membuka internet. Oleh karenanya, Dr. Santa berpesan agar para remaja menggunakan teknologi canggih untuk belajar agama dan menghindari untuk membuka konten-konten yang buruk. Karena segala apa yang dilakukan di dunia, akan dimintai pertanggungjawabannya di akhirat. Termasuk para remaja yang sudah balig, yang dosanya sudah ditanggung sendiri.

“Kalian yang sudah balig, artinya sudah dianggap memahami mana yang baik mana yang buruk dan mana yang benar mana yang salah. Kalau balig dosanya sudah ditanggung sendiri atau sudah tidak ditanggung orang tua. Wanita sudah balig ditandai dengan haid, sedangkan laki-laki sudah balig ditandai dengan mimpi basah, biasanya di atas 13 tahun. Kalau sudah balig, maka tindakan yang kita perbuat akan dicatat oleh malaikat pencatat amal baik dan buruk manusia, Rakib dan Atid. Apa yang kita lakukan nanti akan di-flashback. Ada bukunya. Mana yang diampuni, mana yang dihapus. Maka apa yang kita lakukan, pikirkan dengan baik karena akan dipertanggungjawabkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Yang rugi kita sendiri. Sebaik-baik manusia di dunia ini, belum tentu dijamin masuk surga. Yang sudah dijamin masuk surga, yaitu nabi, Rasulullah, dan 10 sahabat nabi,” ujar Dr.Santa.

3 dari 3 halaman

Selanjutnya

Di akhir acara, Dr. Santa bersama dua mahasiswa perwakilan Universitas Mercu Buana Kampus Jatisampurna, menutupnya dengan kuis, foto bersama, dan membagikan cendera mata kepada pengurus yayasan, Ibu Syifa dan santri-santriwati remaja Pondok Pesantren Miftahul Huda.

Sekadar informasi, kegiatan pengabdian tersebut terselenggara atas kerja sama dengan Pondok Pesantren Miftahul Huda dan beberapa sponsor yang enggan disebut namanya. Pondok Pesantren Miftahul Huda Kranggan didirikan oleh Almukarram KH. Achmad Marzuqi beserta istri Almukarramah Ustdz. Luthfiatul Umam dan Ust. M. Tamin beserta istri Ustdz. St. Habibah pada tahun 1992 M., yang dihuni oleh 150 santri muqim dan non muqim, merupakan lembaga pendidikan Islam yang dengan segala kelebihan dan kekurangannya selalu mengupayakan agar para santrinya mampu berakhlaqul karimah dan mendapat ilmu yang bermanfa’at yang dituangkan dalam tiga program Pesantren, yaitu ‘Ulamaul 'Amilin (Ulama yang mampu mengamalkan ilmunya), Imamal Muttaqin (Memimpin ummat untuk bertaqwa), dan Muttaqin (Manusia yang bertahan dalam ketaqwaan).

Pondok Pesantren Miftahul Huda Kranggan Kulon, Jatiraden, Jatisampurna, Bekasi ini dikelola langsung oleh para ustadz dan ustdzah keluaran dari Pondok Pesantren Miftahul Huda pusat, yang beralamat di Manonjaya Tasikmalaya Jawa Barat yang sudah memiliki 1.100 cabang pesantren yang tersebar di Indonesia.