Citizen6, Surabaya: Meskipun berasal dari kampus yang berbasis Teknologi, bukan berarti mahasiswa ITS tidak peka terhadap permasalahan sosial yang ada di sekitarnya. Hal ini dibuktikan oleh sekelompok mahasiswa ITS yang baru-baru ini mengadakan sosialisasi pengolahan biji mahkota dewa untuk dijadikan minyak yang berkhasiat mengobati kulit yang terkena cairan dari serangga yang populer baru-baru ini, Tomcat.
Kelima mahasiswa ITS yang beranggotakan Hanny, Umi, Ary, Siti dan Nuris ini berasal dari berbagai jurusan yang berbeda. Ide ini berawal dari Hanny sang ketua tim. Hanny yang berasal dari Jember ini mengatakan bahwa di daerah asalnya Jember, biji dari tanaman mahkota dewa banyak dimanfaatkan sebagai minyak gosok yang manjur untuk mengobati berbagai penyakit kulit seperti herpes, gatal-gatal, gigitan serangga, dan iritasi kulit lain.
Dari berbagai jurnal dan penelitian, diketahui bahwa pada biji mahkota dewa ini terkandung berbagai macam zat yang mengandung anti bakteri. Kandungan flavonoidnya dalam banyak kasus dapat berperan secara langsung sebagai antibiotik, dengan mengganggu fungsi dari mikroorganisme seperti bakteri atau virus.
Sayangnya, Mahkota dewa (Phaleria Macrocarpa) ini kurang dikenal di daerah Surabaya, khususnya pada warga Rusun Wonorejo, Kecamatan Rungkut. Padahal warga rusun yang terletak di sebelah area persawahan ini, tiap tahunnya kerap menderita penyakit kulit Dermatitis paederus, yaitu penyakit kulit yang timbul akibat terkena cairan serangga tomcat yang memiliki habitat di area persawahan dekat rusun tersebut.
Pada petengahan 2010 tercatat sebanyak 140 penghuni Rusun mengalami wabah penyakit kulit yang sama yakni berupa luka pada kulit yang menjadi merah dan melepuh, disertai rasa panas seperti terbakar dan bila digaruk luka dapat menyebar dan meluas.
Sosialisasi tim "Tomcat" dilaksanakan sejak 26 Maret lalu. Diawali dengan diskusi terbuka dengan warga rusun, tim PKMM ini menggandeng pembicara dari dinas pertanian kota Surabaya. Diskusi terbuka ini diikuti oleh puluhan warga yang antusias mendengarkan penjelasan narasumber tentang apa itu serangga tomcat, habitat, dampak yang ditimbulkan maupun bagaimana cara penanggulangan serangga menggunakan pestisida alami.
Di akhir sosialisasi kelima mahasiswa tersebut menambahkan pula tentang manfaat mahkota dewa, dan diakhiri dengan demo mengolah biji mahkota dewa hingga menjadi minyak untuk obat gosok. Hasil olahan minyak pada demo tersebut langsung diminta oleh beberapa warga yang kala itu masih terkena wabah tomcat.
Sosialisasi dilanjutkan Minggu (6/5), dengan acara lomba mewarnai bagi anak-anak usia TK-SD di lingkungan rusun. Tim PKMM menyediakan objek mewarnai berupa cerita bergambar, yang didalamya menceritakan tentang tomcat dan tanaman mahkota dewa. Sebelum memulai lomba menggambar, kelima mahasiswa tersebut juga melakukan sosialisasi interaktif pengenalan tanaman mahkota dewa.
Anak-anak terlihat antusias mengikuti acara sosialisasi ini. Di sebelah area menggambar, juga diselenggarakan lomba untuk ibu-ibu PKK Rusun Wonorejo, yaitu lomba membuat minyak biji mahkota dewa dengan bahan-bahan yang telah disiapkan oleh tim PKMM.
Didampingi oleh Brodjol sebagai dosen pembimbing beserta ketua Rw dan Rt setempat, rangkaian sosialisasi ditutup dengan penanaman dan penyerahan 40 polybag tanaman mahkota dewa untuk ditanam di area Rusun Wonorejo.
Beberapa warga yang pada sosialisasi sebelumnya telah menggunakan minyak biji mahkota dewa mengatakan bahwa mereka sangat terbantu dengan sosialisasi ini. Salah satu warga rusun, Nona mengatakan bahwa setelah beberapa kali menggosokkan minyak biji mahkota dewa pada kulit suaminya yang terluka karena terkena cairan tomcat, luka itu berangsur angsur mengering dan tidak menimbulkan rasa gatal kembali.
Joko, warga lainnya juga mengaku antusias dengan sosialisasi pengolahan dan pemanfaatan minyak biji mahkota dewa ini. Selain warga semakin mengerti mengenai cara pengobatan secara mandiri, secara tak langsung warga rusun, khususnya anak-anak juga diajak untuk mengenal salah satu keanekaragaman hayati yang dimiliki Indonesia.
Di akhir pelatihan, kelima mahasiswa ITS ini juga membagikan buku panduan mini mengenai serba serbi tomcat, tanaman mahkota dewa, dan tips membuat serta mengolah biji mahkota dewa. (Pengirim: Hanny Adiati)
Kelima mahasiswa ITS yang beranggotakan Hanny, Umi, Ary, Siti dan Nuris ini berasal dari berbagai jurusan yang berbeda. Ide ini berawal dari Hanny sang ketua tim. Hanny yang berasal dari Jember ini mengatakan bahwa di daerah asalnya Jember, biji dari tanaman mahkota dewa banyak dimanfaatkan sebagai minyak gosok yang manjur untuk mengobati berbagai penyakit kulit seperti herpes, gatal-gatal, gigitan serangga, dan iritasi kulit lain.
Dari berbagai jurnal dan penelitian, diketahui bahwa pada biji mahkota dewa ini terkandung berbagai macam zat yang mengandung anti bakteri. Kandungan flavonoidnya dalam banyak kasus dapat berperan secara langsung sebagai antibiotik, dengan mengganggu fungsi dari mikroorganisme seperti bakteri atau virus.
Sayangnya, Mahkota dewa (Phaleria Macrocarpa) ini kurang dikenal di daerah Surabaya, khususnya pada warga Rusun Wonorejo, Kecamatan Rungkut. Padahal warga rusun yang terletak di sebelah area persawahan ini, tiap tahunnya kerap menderita penyakit kulit Dermatitis paederus, yaitu penyakit kulit yang timbul akibat terkena cairan serangga tomcat yang memiliki habitat di area persawahan dekat rusun tersebut.
Pada petengahan 2010 tercatat sebanyak 140 penghuni Rusun mengalami wabah penyakit kulit yang sama yakni berupa luka pada kulit yang menjadi merah dan melepuh, disertai rasa panas seperti terbakar dan bila digaruk luka dapat menyebar dan meluas.
Sosialisasi tim "Tomcat" dilaksanakan sejak 26 Maret lalu. Diawali dengan diskusi terbuka dengan warga rusun, tim PKMM ini menggandeng pembicara dari dinas pertanian kota Surabaya. Diskusi terbuka ini diikuti oleh puluhan warga yang antusias mendengarkan penjelasan narasumber tentang apa itu serangga tomcat, habitat, dampak yang ditimbulkan maupun bagaimana cara penanggulangan serangga menggunakan pestisida alami.
Di akhir sosialisasi kelima mahasiswa tersebut menambahkan pula tentang manfaat mahkota dewa, dan diakhiri dengan demo mengolah biji mahkota dewa hingga menjadi minyak untuk obat gosok. Hasil olahan minyak pada demo tersebut langsung diminta oleh beberapa warga yang kala itu masih terkena wabah tomcat.
Sosialisasi dilanjutkan Minggu (6/5), dengan acara lomba mewarnai bagi anak-anak usia TK-SD di lingkungan rusun. Tim PKMM menyediakan objek mewarnai berupa cerita bergambar, yang didalamya menceritakan tentang tomcat dan tanaman mahkota dewa. Sebelum memulai lomba menggambar, kelima mahasiswa tersebut juga melakukan sosialisasi interaktif pengenalan tanaman mahkota dewa.
Anak-anak terlihat antusias mengikuti acara sosialisasi ini. Di sebelah area menggambar, juga diselenggarakan lomba untuk ibu-ibu PKK Rusun Wonorejo, yaitu lomba membuat minyak biji mahkota dewa dengan bahan-bahan yang telah disiapkan oleh tim PKMM.
Didampingi oleh Brodjol sebagai dosen pembimbing beserta ketua Rw dan Rt setempat, rangkaian sosialisasi ditutup dengan penanaman dan penyerahan 40 polybag tanaman mahkota dewa untuk ditanam di area Rusun Wonorejo.
Beberapa warga yang pada sosialisasi sebelumnya telah menggunakan minyak biji mahkota dewa mengatakan bahwa mereka sangat terbantu dengan sosialisasi ini. Salah satu warga rusun, Nona mengatakan bahwa setelah beberapa kali menggosokkan minyak biji mahkota dewa pada kulit suaminya yang terluka karena terkena cairan tomcat, luka itu berangsur angsur mengering dan tidak menimbulkan rasa gatal kembali.
Joko, warga lainnya juga mengaku antusias dengan sosialisasi pengolahan dan pemanfaatan minyak biji mahkota dewa ini. Selain warga semakin mengerti mengenai cara pengobatan secara mandiri, secara tak langsung warga rusun, khususnya anak-anak juga diajak untuk mengenal salah satu keanekaragaman hayati yang dimiliki Indonesia.
Di akhir pelatihan, kelima mahasiswa ITS ini juga membagikan buku panduan mini mengenai serba serbi tomcat, tanaman mahkota dewa, dan tips membuat serta mengolah biji mahkota dewa. (Pengirim: Hanny Adiati)